kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gapki Sebut Produksi CPO 2023 Bakal Terganggu Persoalan Pupuk


Senin, 12 Desember 2022 / 07:05 WIB
Gapki Sebut Produksi CPO 2023 Bakal Terganggu Persoalan Pupuk

Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto

Namun, dengan berbagai strategi yang dilakukan, DSNG  berharap bisa mencatatkan pertumbuhan kinerja keuangan. Hanya saja, Jenti tidak merinci berapa pertumbuhan kinerja yang ingin perusahaan kejar.

“Perseroan berharap untuk dapat terus bertumbuh dari tahun ke tahun, baik pendapatan dan profit,” tutur Jenti tanpa menyebut angka-angka.

Selain memacu produksi, DSNG juga mencanangkan ekspansi tahun depan. Jenti bilang, DSNG menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp 800 miliar tahun depan. Anggaran tersebut di antaranya akan digunakan sebagai capex rutin untuk infrastruktur.

Alokasi lainnya, sebagian dana tersebut juga akan digunakan untuk membiayai  pengembangan 2 pabrik kelapa sawit (PKS) baru.

Sama seperti DSNG, PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA) juga mencanangkan kenaikan produksi di tahun 2023.

“Dibandingkan tahun lalu, kami menargetkan peningkatan produksi TBS (tandan buah segar) 20% dan CPO di atas 50% sehubungan dengan beroperasinya pabrik baru di Tapanuli Selatan,” ungkap Corporate Secretary CSRA, Iqbal Prastowo kepada Kontan.co.id.

Saat ini, CSRA tengah mengawal pembangunan PKS keduanya yang berlokasi di Tapanuli. Jika sudah beroperasi, PKS anyar tersebut bakal memberi tambahan kapasitas sebesar 45 ton per jam. Menurut rencana, PKS kedua tersebut mulai berproduksi di tahun 2023.

Menyoal urusan harga, CSRA optimistis bahwa harga CPO masih akan berada di atas harga keekonomiannya meski ada kondisi ketidakpastian makroekonomi, geopolitik dan isu resesi.

Baca Juga: Harga CPO Berpotensi Lanjut Naik, Simak Rekomendasi Saham Astra Agro Lestari (AALI)

Asumsi CSRA, harga CPO tahun 2023 akan cukup stabil walaupun tidak setinggi harga CPO saat mencapai puncaknya pada  kuartal pertama 2022 lalu.

Agar kegiatan produksi berjalan sesuai rencana, CSRA sudah menyiapkan strategi untuk mengantisipasi persoalan pupuk.

“Untuk mengantisipasi kenaikan harga pupuk ke depannya, perusahaan sedang mencoba mengaplikasikan pupuk jenis slow release, yang diharapkan dapat mengurangi cost pemupukan secara signifikan,” terang Iqbal.

Sama seperti DSNG, selain memacu produksi, CSRA juga mencanangkan agenda ekspansi di tahun 2023. Iqbal memperkirakan, capex perusahaan bakal berkisar Rp 200 miliar - Rp 250 miliar untuk tahun buku 2023, tergantung perkembangan harga CPO nanti.

“Alokasinya adalah kemungkinan 40% untuk pembangunan infrastruktur di kebun seperti perumahan, jalan dan sebagainya, dan 60% untuk akuisisi lahan baru di Sumatra Selatan,” terang Iqbal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

×