kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.299.000   3.000   0,13%
  • USD/IDR 16.707   -11,00   -0,07%
  • IDX 8.395   57,53   0,69%
  • KOMPAS100 1.168   8,20   0,71%
  • LQ45 854   5,85   0,69%
  • ISSI 291   2,33   0,81%
  • IDX30 444   1,43   0,32%
  • IDXHIDIV20 513   2,30   0,45%
  • IDX80 132   1,04   0,80%
  • IDXV30 138   1,56   1,14%
  • IDXQ30 141   0,50   0,35%

Gaikindo Nilai E10 Aman untuk Mobil Produksi 2000 ke Atas


Minggu, 09 November 2025 / 05:03 WIB
Gaikindo Nilai E10 Aman untuk Mobil Produksi 2000 ke Atas
ILUSTRASI. Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) ke sebuah mobil di SPBU G Obos, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Selasa (14/10/2025). ANTARA FOTO/Auliya Rahman

Reporter: Leni Wandira | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Rencana pemerintah untuk mulai menerapkan bahan bakar campuran bensin dan etanol 10% atau E10 pada tahun 2027 dinilai aman untuk kendaraan bermotor yang diproduksi sejak tahun 2000 ke atas.

Namun, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menegaskan bahwa kebijakan ini perlu disertai pengawasan mutu bahan bakar dan penerapan yang merata di seluruh SPBU Pertamina maupun swasta agar transisi energi berjalan lancar.

Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, mengungkapkan bahwa uji coba penggunaan E10 telah dilakukan oleh Japan Automobile Manufacturers Association (JAMA) di sejumlah negara Asia Pasifik, termasuk Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa E10 aman bagi hampir semua kendaraan bermotor produksi tahun 2000 ke atas.

“Penerapan E10 aman bagi hampir semua kendaraan bermotor yang diproduksi mulai tahun 2000,” ujar Kukuh dalam diskusi publik bertema transisi energi yang digelar Pusat Kajian Ketahanan Energi untuk Pembangunan Berkelanjutan (Puskep) Universitas Indonesia di Kampus UI Salemba, Jumat (7/11/2025).

Menurut Kukuh, kebijakan ini sebaiknya dilengkapi peta jalan (roadmap) yang jelas agar mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional maupun daerah. Sebab, etanol berasal dari komoditas pertanian seperti singkong, jagung, tebu, dan sorgum.

Baca Juga: ​Resmi! Negara Ini Ingin Tangkap Netanyahu & Pejabat Israel Karena Genosida Gaza

“Setiap daerah bisa mengoptimalkan keunggulannya. Misalnya Jawa Timur dari tebu, Lampung dari singkong, dan daerah lain sesuai potensi lokalnya,” tutur Kukuh.

Peneliti senior PUSKEP UI bidang bioenergi, Zarkoni Azis, menambahkan bahwa pencampuran bensin dengan bioetanol anhidrat mampu meningkatkan angka oktan (octane number) hingga 97,1. Meski demikian, ia menyarankan pemerintah mempertimbangkan penggunaan bioetanol hidrat karena proses produksinya lebih murah dan ramah lingkungan.

“Secara global, penggunaan bioetanol hidrat untuk Gasohol E10–E100 terus meningkat karena lebih efisien secara energi dan biaya,” jelas Zarkoni.

Sementara itu, Ketua Puskep UI, Ali Ahmudi, menekankan pentingnya pemerataan penerapan E10 di seluruh SPBU di Indonesia agar tidak menimbulkan kebingungan di masyarakat.

“Kebijakan ini harus berlaku di SPBU Pertamina maupun swasta supaya masyarakat tidak bingung dan transisi energi bisa berjalan cepat,” ujarnya.

Ali menilai, langkah ini dapat mempercepat peralihan dari energi fosil ke energi hijau serta menunjukkan komitmen bersama berbagai pihak untuk menurunkan emisi sektor transportasi dan memperkuat ketahanan energi nasional.

Tonton: Negosiasi Pasokan BBM Masih Alot, Shell Bakal Temui Kementerian ESDM

Kesimpulan:

Penerapan bahan bakar campuran bensin dan etanol 10% (E10) dinilai aman bagi kendaraan produksi tahun 2000 ke atas dan berpotensi mendukung transisi energi nasional menuju penggunaan bahan bakar hijau. Namun, keberhasilannya sangat bergantung pada pengawasan mutu yang ketat, ketersediaan merata di seluruh SPBU, serta dukungan peta jalan yang jelas. Selain memperkuat ketahanan energi, kebijakan ini juga dapat mendorong ekonomi daerah melalui pemanfaatan komoditas lokal seperti singkong, tebu, dan jagung untuk produksi bioetanol. Kolaborasi antara pemerintah, industri otomotif, dan lembaga riset menjadi kunci agar program E10 berjalan efisien, ramah lingkungan, dan berdampak luas bagi perekonomian nasional.

Sumber Data dan Referensi

  • Gaikindo – Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia
  • Pusat Kajian Ketahanan Energi untuk Pembangunan Berkelanjutan (Puskep UI)
  • Japan Automobile Manufacturers Association (JAMA)
  • Kementerian ESDM – Kebijakan Bahan Bakar Nabati dan Program Bioetanol Nasional (https://www.esdm.go.id)

Selanjutnya: OPPO Find X9: Harga Mulai Rp 14,9 Juta, Spesifikasi Flagship

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×