kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Freeport Indonesia Optimalkan Digitalisasi di Area Operasional Pertambangan Grasberg


Rabu, 23 November 2022 / 07:30 WIB
Freeport Indonesia Optimalkan Digitalisasi di Area Operasional Pertambangan Grasberg

Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Freeport Indonesia (PTFI) berupaya mengoptimalkan digitalisasi di area operasional pertambangan Grasberg di Papua.

Presiden Direktur Freeport Indonesia Toni Wenas mengatakan, PTFI berusaha untuk selalu adaptif menghadapi perkembangan teknologi. Sektor pertambangan pun dinilai tak luput dari digitalisasi. Apalagi, sektor ini disebut-sebut punya risiko yang tinggi terhadap keselamatan para pekerjanya.

Kondisi tambang milik PTFI memang cukup kompleks karena letaknya yang berada di ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut. Kota Tembagapura yang dekat dengan area operasional PTFI pun berada di ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut. PTFI juga memiliki pelabuhan di pinggir sungai yang berjarak 100 kilometer dari pesisir laut.

“Curah hujan di area pertambangan kami merupakan yang tertinggi di dunia,” kata dia dalam acara Indonesia Digital Conference, Selasa (22/11).

Baca Juga: Cerita Adopsi Digital di PT Freport , Memantau Hujan, Gempa, Hingga Gear Dumtruck

Pihak PTFI telah mulai mengadopsi digitalisasi pertambangan sejak tahun 2006 lalu secara bertahap melalui program Advanced Digital Technology. Salah satu contoh implementasinya yakni pemasangan chip pada mobil atau truk tambang PTFI yang saat ini berjumlah lebih dari 3.000 unit.

Dengan adanya chip tersebut, supervisor di PTFI bisa melakukan pelacakan truk-truk tambang perusahaan yang beroperasi, termasuk melakukan antisipasi ketika truk tersebut mengalami masalah di jalanan.

Ketika PTFI mulai fokus menggarap tambang bawah tanah, teknologi digital semakin masif diimplementasikan oleh perusahaan tersebut. Alat-alat berat yang dipakai untuk kegiatan penambangan bawah tanah seluruhnya dapat beroperasi secara otomatis. Operator alat berat tersebut melakukan pekerjaan dari kantor yang berjarak 10 km dari area tambang.

“Risiko tambang bawah tanah sangat besar, jadi kalau kegiatan tambang bisa dilakukan secara remote, ini tentu membantu sekali bagi kami,” ungkap Toni.

Tak hanya itu, sejak 2021 lalu PTFi juga mengadopsi teknologi 5G mining di area pertambangan Grasberg melalui kolaborasi dengan Telkomsel. Kerja sama teknologi 5G ini mencakup area operasi berupa 2 unit loader atau alat pengangkut bijih dalam terowongan ekstraksi 34 dan 35 di tambang Grasberg Block Cave (GBC).

Baca Juga: MIND ID Targetkan Pembangunan Smelter Freeport Indonesia Capai 50% di Akhir Tahun

Selain itu, 5G juga diterapkan PTFI pada area publik seperti kantor administrasi tambang bawah tanah, bengkel tera shop, gedung perkantoran utama Tembagapura, dan gedung perkantoran Kuala Kencana.

Toni menyebut, PTFI telah menggelontorkan investasi mencapai kisaran US$ 20 juta sejak 2006 untuk penerapan digitalisasi di area pertambangan perusahaan. Nilai tersebut belum termasuk investasi untuk peralatan-peralatan pendukung digitalisasi pertambangan. “Investasi digital ini bersifat jangka panjang,” kata dia.

Dengan adanya adopsi teknologi digital, PTFI dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas pertambangannya. Di samping itu, keselamatan kerja karyawan PTFI juga lebih terjamin dengan adanya implementasi teknologi digital.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×