kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.282.000   -45.000   -1,93%
  • USD/IDR 16.624   -5,00   -0,03%
  • IDX 8.093   -24,52   -0,30%
  • KOMPAS100 1.125   -4,40   -0,39%
  • LQ45 823   -1,92   -0,23%
  • ISSI 283   -0,49   -0,17%
  • IDX30 433   -0,40   -0,09%
  • IDXHIDIV20 498   -2,95   -0,59%
  • IDX80 126   0,00   0,00%
  • IDXV30 136   -0,02   -0,01%
  • IDXQ30 139   -0,09   -0,06%

Fenomena Rojali Meningkat, Daya Beli Kelas Menengah Masih Rapuh?


Rabu, 29 Oktober 2025 / 03:00 WIB
Fenomena Rojali Meningkat, Daya Beli Kelas Menengah Masih Rapuh?
ILUSTRASI. Sebanyak 86,6% responden mengaku rutin mengunjungi mal atau pusat perbelanjaan tanpa melakukan pembelian apa pun — perilaku yang dikenal dengan istilah rombongan jarang beli alias Rojali.

Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Survei terbaru Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) mengungkap fenomena menarik di kalangan masyarakat kelas menengah. Sebanyak 86,6% responden mengaku rutin mengunjungi mal atau pusat perbelanjaan tanpa melakukan pembelian apa pun — perilaku yang dikenal dengan istilah rombongan jarang beli alias Rojali.

Ketua Umum Himpunan Peritel & Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah menilai fenomena ini bukan hal baru.

Menurutnya, hanya sebagian kecil pengunjung yang datang ke mal dengan niat berbelanja.

“Tujuan orang datang ke mal untuk belanja memang hanya sekitar 20% ke bawah. Sisanya datang untuk makan, nongkrong, menonton bioskop, atau meeting. Ini hal yang wajar,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (28/10/2025).

Budihardjo menjelaskan, kehadiran platform e-commerce telah mengubah pola perilaku konsumen. Kini banyak masyarakat mendatangi mal sekadar untuk melihat produk secara langsung, lalu membandingkan harga dengan toko daring sebelum memutuskan membeli secara online.

Baca Juga: Ekonom Bongkar 3 Rahasia Belanja Masyarakat RI Naik 5,9% di Oktober, Ini Pemicunya!

“Saat ini banyak orang datang ke mal hanya untuk membandingkan harga. Karena itu, banyak penjual offline yang juga membuka toko online,” katanya.

Memasuki kuartal IV-2025, Budihardjo menilai daya beli masyarakat mulai membaik. Setelah sempat melambat pada Agustus–September akibat aksi demonstrasi yang menekan aktivitas ekonomi, tren penjualan kini menunjukkan pemulihan.

“Setelah demonstrasi pada akhir Agustus dan September membuat penjualan turun, pada Oktober ini sudah terlihat peningkatan. Seperti biasa, menjelang November dan puncaknya Desember, sektor ritel akan tumbuh karena momentum Natal dan Tahun Baru,” jelasnya.

Meski begitu, Budihardjo mengingatkan adanya tren baru di kalangan menengah yang justru lebih suka berbelanja di luar negeri. Ia menilai hal ini bisa mengurangi perputaran uang di dalam negeri.

Tonton: Mal Ramai Transaksi Sepi, Fenomena Rojali–Rohana Mencuat Lagi

“Stimulus yang paling tepat untuk kelas menengah adalah penyediaan lapangan kerja serta kemudahan pajak dan perizinan. Jika ekosistem perdagangan dalam negeri mudah berusaha, banyak orang bekerja, konsumsi akan meningkat, dan investasi pun kembali ke dalam negeri. Itu yang akan menggerakkan ekonomi,” pungkas Budihardjo.

Selanjutnya: Dominasi Alfamart–Indomaret Jadi Sorotan: Gurita Raksasa yang Mengancam UMKM

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag

TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

×