Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
Jumlah rute penerbangan Garuda juga telah dipangkas dari 437 rute menjadi tinggal 140 rute sebagai dampak masalah-masalah yang dialami perusahaan tersebut.
Erick menambahkan, saat ini hanya ada 35 pesawat Garuda yang terbang melayani penumpang. Jika masalah Garuda berlarut, maka efeknya akan menjalar ke ekosistem penerbangan nasional itu sendiri. Padahal, kebutuhan pesawat secara nasional bisa mencapai 400 buah.
"Garuda hanya punya 35 pesawat, ditambah Citilink 40 pesawat. Katakanlah maskapai swasta ada 100-an pesawat. Ini baru setengah dari kebutuhan pesawat nasional. Efeknya bisa-bisa harga tiket jadi mahal," ungkap dia.
Di sisi lain, Erick menyambut positif proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) Garuda yang sejauh ini berjalan dengan lancar. Dengan adanya PKPU, Garuda bisa menyortir secara rinci utang-utang mana saja yang bermasalah dan perlu segera direstrukturisasi.
Baca Juga: Menteri BUMN Erick Thohir Serahkan Data Audit Investigasi ke Kejaksaan Agung
Utang-utang tersebut bukan hanya dari pihak lessor saja, melainkan juga sampai ke level tagihan penyediaan makanan dan lain sebagainya. Ini mengingat para kreditur dapat mendaftarkan klaim kewajiban usaha kepada Garuda sebagai bagian dari tahapan PKPU tersebut.
Mengutip materi paparan publik Garuda di Desember 2021, Garuda memiliki lebih dari 800 kreditur dengan total utang sebesar US$ 9,8 miliar.
Pemerintah pun optimistis Garuda bisa menuai hasil positif dari proses PKPU yang dijalaninya. Erick pun berkaca pada maskapai Philipine Airlines yang mampu melalui PKPU dengan baik, bahkan sanggup meraih diskon pemotongan utang mencapai US$ 2 miliar. "Harusnya Garuda juga bisa sukses seperti itu," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News