Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Fenomena iklim El Nino telah tiba. Kemungkinan El Nino akan menghasilkan cuaca ekstrem akhir tahun ini, termasuk suhu di atas rata-rata. Demikian diumumkan para ilmuwan di Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) AS.
Mengutip Al Jazeera, berbeda dengan pola iklim La Nina yang seringkali sedikit menurunkan suhu global dan dominan selama tiga tahun terakhir, El Nino dikaitkan dengan kenaikan suhu di seluruh dunia.
"Tergantung pada kekuatannya, El Nino dapat menyebabkan berbagai dampak, seperti meningkatkan risiko hujan lebat dan kekeringan di lokasi tertentu di seluruh dunia," kata ilmuwan iklim NOAA Michelle L'Heureux pada hari Kamis (8/6/2023) dalam sebuah pernyataan di situs web NOAA.
Dia menambahkan, perubahan iklim dapat memperburuk atau mengurangi dampak tertentu terkait El Nino.
"Misalnya, El Nino dapat menyebabkan rekor suhu baru, terutama di daerah yang sudah mengalami suhu di atas rata-rata selama El Nino,” jelas L'Heureuz.
El Nino lahir dari perairan hangat yang tidak biasa di Pasifik Timur dekat pantai Amerika Selatan dan sering disertai dengan perlambatan atau pembalikan angin pasat timur.
Baca Juga: El Nino Berdampak pada Berkurangnya Curah Hujan, Kapan Musim Kemarau 2023 Datang?
Pada minggu ini, Australia memperingatkan bahwa El Nino akan memberikan hari yang lebih hangat dan lebih kering ke negara yang rentan terhadap kebakaran hutan yang ganas.
Sementara, Jepang mengatakan El Nino yang sedang berkembang ikut bertanggung jawab atas musim semi terhangat yang pernah tercatat.
NOAA dalam pernyataannya mengatakan, pengaruh fenomena tersebut di Amerika Serikat terbilang lemah selama musim panas, tetapi lebih terasa mulai dari akhir musim gugur hingga musim semi.
Pada musim dingin, diperkirakan ada 84 persen peluang terjadinya El Nino yang lebih besar dari level sedang dan 56 persen peluang terjadinya El Nino yang kuat.
Ini biasanya akan menyebabkan kondisi yang lebih basah daripada rata-rata di beberapa bagian negara dari California Selatan hingga pantai Teluk Meksiko, namun lebih kering daripada kondisi rata-rata di Pasifik Barat Laut dan Lembah Ohio.
Baca Juga: Apa Itu El Nino dan Dampak yang Ditimbulkannya bagi Indonesia
El Nino juga meningkatkan peluang untuk suhu yang lebih hangat dari rata-rata di bagian utara negara itu.
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan bulan lalu di jurnal Science, El Nino tahun ini dapat menyebabkan kerugian ekonomi global sebesar US$ 3 triliun karena cuaca ekstrem menghancurkan produksi pertanian, manufaktur, dan mendorong penyebaran penyakit.
Akibatnya, pemerintah sejumlah negara sudah bersiap menghadapi El Nino. Peru, misalnya, telah menyisihkan dana senilai US$ 1,06 miliar untuk mengatasi dampak El Nino dan perubahan iklim.
Kemudian, Filipina — yang berisiko terkena topan — telah membentuk tim khusus pemerintah untuk menangani dampak yang diperkirakan.
Baca Juga: Ada Fenomena El Nino, Ini 8 Tanaman yang Cocok Ditanam di Musim Kemarau
Melansir AFP, El Nino, yang berarti "Anak Laki-laki Kecil" dalam bahasa Spanyol, adalah fase hangat dari El Nino–Osilasi Selatan.
La Nina, yang berarti "Gadis Kecil", adalah pasangannya yang lebih dingin, di mana suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian timur dan tengah dekat garis khatulistiwa lebih rendah dari biasanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News