kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekonomi pulih, China bakal memperbesar anggaran militer tahun ini


Sabtu, 27 Februari 2021 / 08:00 WIB
Ekonomi pulih, China bakal memperbesar anggaran militer tahun ini

Sumber: Reuters | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Acara pembukaan parlemen China akan digelar 5 Maret mendatang. Dalam acara itu, China diperkirakan akan mengungkapkan kenaikan pengeluaran anggaran pertahanan tahun ini.

Kenaikan anggaran pertahanan karena ekonomi China sudah pulih dari pandemi Covid-19 dan ditambah lagi ketegangan militer yang meningkat.

Dengan virus corona yang menghantam ekonominya, China tahun lalu mengumumkan peningkatan 6,6% dalam pengeluaran pertahanan menjadi US$ 178 miliar, tingkat kenaikan terendah dalam tiga dekade.

Pemerintahan baru Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden bergerak cepat untuk mengingatkan Chna bahwa Amerika Serikat siap menandingi pengaruh dan kekuatan militer China yang berkembang di Asia-Pasifik.

Dalam beberapa pekan terakhir, armada kapal perang AS telah berlayar di dekat Taiwan yang diklaim China dan melalui wilayah yang disengketakan di Laut China Selatan. Aksi AS ini memicu kemarahan China.

Baca Juga: Perkuat militer, Arab Saudi gelontorkan dana US$ 20 miliar untuk belanja militer

“China menghadapi situasi keamanan paling parah sejak Perang Korea,” kata Ni Lexiong, pensiunan profesor di Universitas Ilmu Politik dan Hukum Shanghai seperti dikutip Reuters.

Dia memperkirakan kenaikan substansial dalam anggaran militer China, mengutip penjualan senjata AS ke Taiwan, penempatan reguler kapal induk AS di lepas pantai China, dan kehadiran kapal perang dan kapal selam nuklir Prancis baru-baru ini di Laut China Selatan.

“Melihat opini publik, menjadi lebih mendesak untuk mengambil kembali Taiwan secara militer. Makanya anggaran pasti naik tajam,” ujarnya.

Lebih besar dari yang dilaporkan

Ross Babbage, seorang analis di Pusat Penilaian Strategis dan Anggaran yang berbasis di Washington dan mantan pejabat pertahanan Australia, memperkirakan kenaikan bujet pertahanan China sekitar 7%.

"Itu kurang dari yang diperkirakan sebagian orang dan alasannya adalah ekonomi China masih belum dalam kondisi yang baik," ujarnya.

Ekonomi China tumbuh hanya 2,3% pada tahun 2020, meskipun itu adalah satu-satunya ekonomi negara utama dunia yang tidak mengalami kontraksi, dan diperkirakan akan tumbuh 8,4% persen tahun ini, menurut jajak pendapat Reuters.

Kementerian Pertahanan China tidak menanggapi permintaan komentar soal anggaran pertahanan ini.

Baca Juga: Amerika Utara terbesar, belanja militer global tahun lalu mencapai US$ 1,93 triliun

Banyak pakar Barat percaya pengeluaran militer nyata Beijing jauh lebih tinggi daripada angka resmi.

Pengeluaran militer China yang diterbitkan untuk 2019 mencapai US$ 174 miliar disesuaikan dengan inflasi, atau 1,3% dari PDB, menurut laporan tahunan Pentagon pada bulan September tahun lalu.

Itu tidak termasuk pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan serta pembelian senjata asing, dan Pentagon memperkirakan bahwa pengeluaran nyata pada 2019 bisa lebih dari US$ 200 miliar.

Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm memperkirakan China menghabiskan US$ 261 miliar untuk belanja militernya pada 2019.

Sementara, Amerika Serikat menghabiskan belanja militer US$ 732 miliar, atau sekitar 3,4% dari PDB pada tahun 2019.

Baca Juga: Rusia percaya diri jet tempur Su-57E buatannya akan dilirik banyak negara

Jika Beijing benar-benar mengumumkan kenaikan tajam, itu akan menandakan niat untuk meningkatkan operasi militer terhadap Taiwan atau menegaskan kedaulatan China atas wilayah sengketa lainnya di Laut China Selatan atau Laut China Timur, kata Babbage dan analis Barat lainnya.

Wang Xiangsui, pensiunan kolonel senior di Tentara Pembebasan Rakyat dan seorang profesor di Universitas Beihang di Beijing, mengatakan desas-desus tahun lalu bahwa Amerika Serikat sedang mempertimbangkan rencana untuk menggunakan drone MQ-9 untuk menyerang pulau atau terumbu di Laut China Selatan.

Ia menyebut "Kejutan Oktober" ini akan memberikan China rasa krisis yang lebih tajam tentang situasi keamanan. Chna bahkan menanggapi rumor itu dengan cukup serius untuk mencari klarifikasi resmi dari Pentagon dan kemudian mempublikasikan penolakan AS.

Wang mengatakan, langkah AS untuk membatasi akses China ke peralatan dan teknologi militer akan memaksa China untuk berinvestasi lebih banyak pada penelitian dan pengembangan lokal.

“Militer AS ingin mempertahankan keunggulannya yang luar biasa di bidang nuklir dan luar angkasa, dan China ingin mengacaukannya. Lebih banyak pengeluaran pasti dibutuhkan,” kata Wang.

Selanjutnya: Angkatan Darat China mulai tugaskan tank ringan Type 15 ke wilayah Xinjiang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×