Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Hunter juga bilang, saat ini populasi China hampir sama berisikonya seperti setahun yang lalu. Sedangkan di seluruh dunia, risikonya jauh lebih rendah.
Dia menambahkan bahwa gelombang Covid terbaru kemungkinan besar akan mendapatkan momentumnya, tetapi sekarang akan menyebar lebih cepat.
Hasilnya bagi ekonomi China - dan dunia - akan lebih banyak lagi kesengsaraan.
Menurut Biro Statistik Nasional, aktivitas di pabrik sudah mengalami kontraksi bulan lalu karena jumlah kasus melonjak.
Indeks Manajer Pembelian Manufaktur (PMI) resmi mengalami penurunan menjadi 48 pada bulan November, ini merupakan angka terendah sejak April.
Catatan saja, angka indeks PMI di bawah level 50 berarti aktivitas di bidang manufaktur dan jasa menyusut.
Dan sekarang ada tanda-tanda gangguan pada rantai pasokan dan pelabuhan negara, yang mengancam penundaan bisnis di seluruh dunia.
Pelabuhan Shanghai - pelabuhan peti kemas terbesar di dunia, yang mencakup setara dengan 340.000 lapangan sepak bola - telah mengisolasi barang-barang internasional untuk mencegah gangguan. Akan tetapi, penyebaran Covid-19 dikatakan telah mempengaruhi operasi.
Peter Lindström, kepala penelitian di perusahaan pelayaran Norwegia Torvald Klaveness, pada hari Rabu menuliskan tweet bahwa 90% agen China yang digunakan oleh perusahaannya tengah berada dalam kondisi yang tidak sehat, termasuk yang ada di Beijing, Tianjin, Shanghai, Ningbo, Guangzhou, dan kota-kota lain.
Dia mengklaim penyebaran Covid di China "di luar kendali".
Baca Juga: Kasus COVID-19 China Melonjak Tajam, Kremasi Antre hingga Berhari-hari
Dampak global
Pada saat yang sama, masalah serupa telah membuat perusahaan kurir kekurangan tenaga - mengakibatkan paket "menumpuk di jalan-jalan Beijing" dan supermarket "diisi dengan kantong plastik barang" menunggu untuk dikirim.
Perusahaan manajemen pengiriman Zencargo secara terpisah telah memperingatkan bahwa pengemudi truk yang jatuh sakit dapat membawa "gangguan besar pada rantai pasokan".
Seperti jumlah infeksi dan kematian akibat Covid di China, efek lanjutannya di seluruh dunia masih belum pasti. Penundaan di pelabuhan negara yang dipicu oleh penguncian awal tahun ini menyebabkan penundaan yang lama untuk barang di seluruh dunia.
Tetapi negara lain sudah menyatakan keprihatinannya, termasuk AS.
Melansir Reuters, beberapa pejabat AS dan Eropa berjuang untuk mencari tahu bagaimana mereka dapat membantu mengurangi krisis yang mereka khawatirkan akan merugikan ekonomi global. Kondisi pandemi buruk di China sudah pasti akan semakin membatasi rantai pasokan perusahaan. Belum lagi, hal tersebut juga akan menelurkan varian baru virus corona yang menjadi perhatian.
"Kami telah menyatakan bahwa kami siap untuk membantu dengan cara apa pun yang dianggap dapat diterima," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby.
Pejabat Eropa dan AS melakukan pembicaraan di belakang layar dengan hati-hati dengan rekan-rekan China, sambil mengeluarkan pernyataan publik dengan kata-kata yang sengaja dimaksudkan untuk memperjelas bahwa bola ada di tangan Beijing.
Menurut penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan pekan lalu, pejabat Washington dan Beijing membahas cara menangani Covid pada awal bulan ini dalam pembicaraan di China untuk mempersiapkan kunjungan Menteri Luar Negeri Antony Blinken awal tahun depan.
Sayang, dia menolak memberikan perincian lebih rinci, dengan alasan "saluran diplomatik yang sensitif."
Salah satu bidang bantuan Barat yang potensial diberikan adalah apakah China akan menerima vaksin mRNA terbaru buatan BioNTech yang dirancang untuk menargetkan varian virus terkait Omicron yang saat ini beredar. Para ahli meyakini vaksin ini lebih efektif daripada suntikan China.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News