kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonomi digital di Indonesia tumbuh subur


Jumat, 12 Maret 2021 / 10:10 WIB
Ekonomi digital di Indonesia tumbuh subur

Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan pada tahun lalu ekonomi digital Indonesia tumbuh double digit. Lebih tinggi dari Malaysia dan Singapura, di kawasan ASEAN hanya kalah dari Vietnam yang mampu tumbuh 16%.

Ketua Umum Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) Bima Laga mengamini suburnya pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia. Indikasinya terlihat dari terdigitalisasinya pemenuhan kebutuhan masyarakat sehari-hari, termasuk pengobatan dan pembelajaran.

Indikasi lainnya, tambah Bima, terlihat saat gelaran Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 2020 yang diselenggarakan di bawah koordinasi idEA. Bima membeberkan, pertumbuhan penjualan di Pulau Jawa meroket hingga 97%, sementara untuk luar Jawa tumbuh 17%.

"Ini baru satu program, sementara program sejenis sepanjang 2020 cukup banyak, ada 9/9, 10/10, 11/11, misalnya. Semua program ini diyakini bisa mendorong pertumbuhan ekonomi digital dari sisi e-commerce bisa sangat cepat," terang Bima kepada Kontan.co.id, Kamis (11/3).

Baca Juga: Penyaluran pinjaman fintech di e-commerce masih minim

Pengembangan ekonomi digital sangat potensial seiring dengan jumlah pengguna internet yang meningkat. Selain itu, program pemerintah seperti Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia juga mendorong lebih dari 4 juta pelaku usaha untuk on-boarding di platform e-commerce.

Menurut Bima, hal itu berperan penting lantaran sektor dagang online itu masih menjadi penopang utama ekonomi digital. "Pada dasarnya semua sektor mengalami pertumbuhan, namun yang paling besar masih dari marketplace yang memang cakupan konsumennya lebih luas," jelas Bima.

Dari 230 anggota idEA, 46% bergerak di bidang usaha online retail e-commerce. 17% merupakan marketplace, 9% di bidang infrastruktur e-commerce, 6% payment, 5% travel, 5% logistik, 5% classified ads., 2% bank, 2% daily deals, 2% supporting, dan 1% directory

Dihubungi terpisah, peneliti Lembaga Manajemen FEB Universitas Indonesia Taufiq Nur menyampaikan, pembatasan mobilitas saat pandemi covid-19 telah mengubah gaya hidup masyarakat. Ekonomi digital pun menjadi pilihan. Apalagi Indonesia, terutama Jabodetabek menjadi customer based yang paling besar dibandingkan negara ASEAN lainnya.

Dari sisi cakupan wilayah, dalam perkembangannya bisnis digital pun tak lagi hanya berkembang di Jabodetabek dan kota-kota besar, tapi juga menyebar ke wilayah lainnya. Seiring dengan pemerataan akses internet, ke depan ekonomi digital juga bakal tumbuh di wilayah Indonesia Timur.

"Karena pembatasan sosial berskala besar selama 2020, baik konsumen maupun produsen yang sebelumnya melakukan aktivitas ekonomi secara tradisional juga beralih ke ekonomi digital dan ini jumlahnya besar," kata Taufiq.

Alhasil, semakin banyak UMKM dan ritel yang memanfaatkan e-commerce sebagai ujung tombak penjualan. Hal itu pun menjadikan e-commerce sebagai penyumbang terbesar bagi ekonomi digital di Indonesia.

Tapi, selama tahun lalu potensi sektor lainnya seperti pendidikan (edu-tech) dan kesehatan (healt-tech) semakin menggeliat dan diprediksi akan terus bertumbuh. "Jadi ke depan nanti kontributor ekonomi digital makin bervariasi," sambung Taufiq.

Meski dari sisi size maupun growth e-commerce masih mendominasi, tambah dia, potensi investasi juga ada di sektor telekomunikasi, pergudangan dan logistik. "Di Q4 2020 realisasi FDI di sektor ini yang paling besar dan ini ke depan bisa dimanfaatkan," jelas Taufiq.

Lalu, dari sisi ruang untuk bertumbuh,  layanan keuangan (financial service) juga menjadi sektor yang sangat potensial. Meski dengan catatan, tingkat literasi keuangan masyarakat yang saat ini cenderung masih rendah, harus terus ditingkatkan. Regulasi dan sosialisasi pemerintah akan menentukan perkembangan sektor ini.

"Tidak hanya dimanfaatkan untuk payment, lending, funding saja, tapi juga untuk investing, insurance, dan remittance juga masih sangat terbuka," terang Taufiq.

Selanjutnya: Tokopedia dan Gojek merger, pengamat: Ini akan menjadi potensi bisnis yang besar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×