kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom Sarankan Genjot Sektor Manufaktur untuk Kerek Penyerapan Kerja


Selasa, 10 Mei 2022 / 07:40 WIB
Ekonom Sarankan Genjot Sektor Manufaktur untuk Kerek Penyerapan Kerja

Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi pada Kuartal I-2022 sebesar 5,01% berhasil menyerap tenaga kerja pada Februari 2022 sebanyak 4,55 juta orang.

“Pertumbuhan ekonomi yang tadi saya sampaikan pada Kuartal I-2022 yang tumbuhnya 5,01%, ini kalau saya kaitkan penyerapan tenaga kerja khususnya pada Februari 2022 mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 4,55 juta orang,” ujar Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers secara virtual, Senin (9/5).

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan, saat ini serapan tenaga kerja dari pertumbuhan ekonomi sebesar 1% berada dikisaran 100.000 hingga 200.000 setiap 1% pertumbuhan ekonomi yang terjadi.

“Memang kalau kita melihat perbandingannya, angka serapan ini relatif menurun ya, jika dibandingkan dengan posisi beberapa tahun sebelumnya yang bisa mencapai 300.000 per orang dari 1% pertumbuhan ekonomi yang tercipta,” kata Yusuf kepada Kontan.co.id, Senin (9/5).

Baca Juga: BPS Sebut Ekspor CPO Sumbang 2,5% Terhadap PDB Kuartal I-2022

Sehingga menurutnya, hal ini menjadi pekerjaan rumah bersama karena seiring dengan gejala deindustrialisasi dini terlihat bahwa setiap 1% pertumbuhan ekonomi semakin sedikit dalam menyerap tenaga kerja.

Hal ini menurutnya juga selaras, bahwa industri manufaktur adalah sektor usaha yang bisa diharapkan dalam menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar.

“Sayangnya kalau kita melihat data, ternyata proporsi dari industri manufaktur dalam PDB kita dari beberapa tahun terakhir ini mengalami tren penurunan. Dan ini sering disebut juga dengan gejala deindustrialisasi dini,” katanya.

Sehingga jika dikaitkan dengan serapan tenaga kerja, dirinya melihat bahwa serapan tenaga kerja juga semakin menurun dari pertumbuhan ekonomi yang tercipta.

Baca Juga: Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,01% Berhasil Menyerap 4,55 Juta Tenaga Kerja

Oleh karena itu, Yusuf mengatakan bahwa upaya untuk mendorong tumbuhnya atau meningkatnya industri manufaktur merupakan pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan oleh pemerintah apabila ingin mendorong setiap 1% pertumbuhan ekonomi bisa menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang lebih besar.

“Kita lihat beberapa tahun yang lalu, negara lain bisa mendorong industri manufaktur untuk bisa berkontribusi dalam menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar. Jadi menurut saya, itu yang perlu diperhatikan oleh pemerintah,” tandasnya.

Senada dengan Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI yang mengatakan, pemerintah perlu mendorong sektor manufaktur lebih terfilterilisasi lagi dan juga penciptaan produk-produk yang bernilai tambah tinggi.

Riefky melihat bahwa sepanjang sejarah ini, banyak tenaga kerja yang terserap di sektor pertanian, namun ini bukan lah suatu hal yang buruk.

“Jadi kalau kita lihat succes story dari negara lain, setelah pertanian ini matang , lalu mereka berpindah ke sektor manufaktur dimana penyerapan tenaga kerjanya tinggi dan juga menghasilkan income yang tinggi,” kata Riefky.

Baca Juga: BPS: IHPB Konstruksi atau Bangunan Meningkat Jadi 0,66%

Riefky juga mengatakan dalam penyerapan tenaga kerja yang lebih tinggi, sektor manufaktur juga perlu yang higher value added juga diperlukan, tidak hanya low value added.

Sehingga menurutnya, hal ini kemudian penciptaan lapangan kerja tersebut bisa memberikan kualitas tidak hanya untuk tenaga kerjanya, tetapi juga kesejahteraan secara umum yang kemudian bisa mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×