Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi
Peningkatan kinerja manufaktur diprediksi akan diikuti dengan peningkatan impor, terutama untuk impor non minyak dan gas (non migas).
Naiknya impor tak melulu jadi kabar buruk. Pasalnya, peningkatan impor pada bulan Januari 2021 akan menunjukkan mendakinya aktivitas pembelian yang sejalan dengan peningkatan permintaan dan produksi industri pengolahan di awal tahun ini.
Sementara ke depan, Moekti memprediksi neraca perdagangan masih akan surplus dalam beberapa bulan ke depan. Bahkan, ia optimistis surplus ini akan seiring dengan peningkatan ekspor dan impor, meski masih belum kembali ke level sebelum pandemi.
Baca Juga: IHSG diproyeksi menguat Senin (15/2), ini sentimennya
Pergerakannya akan didorong oleh pemulihan negara mitra dagang Indonesia, khususnya industri pengolahan yang juga menunjukkan seberapa baik negara tersebut menangani kasus Covid-19.
Kemudian, ada potensi peningkatan harga dari ekspor komoditas andalan Indonesia, seperti batubara dan Crued Palm Oil (CPO). Kemudian distribusi vaksin Covid-19 untuk publik juga diharapkan bisa berlangsung pada Februari 2021 atau paling lambat di kuartal kedua tahun ini.
Namun, ada kekhawatiran potensi diperpanjangnya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) kalau tidak ada penurunan kasus Covid-19. Ini bisa menghambat kinerja ekspor impor untuk kembali ke level pra pandemi.
Selanjutnya: Cadev naik, ekonom ini prediksi neraca pembayaran Indonesia tahun 2020 akan surplus
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News