Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kucuran dana fintech lending ke sektor produktif terus melonjak saat pandemi. Melalui peningkatan tersebut, beberapa perusahaan fintech optimistis kinerja mereka di sektor produktif masih positif.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, pembiayaan fintech ke sektor produktif mencapai Rp 7,79 triliun per Juli 2021. Nilai itu meningkat dari realisasi bulan-bulan sebelumnya dan berkontribusi 49,73% dari total penyaluran.
Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) memperkirakan, peningkatan pembiayaan di sektor produktif disebabkan beberapa faktor. Pertama, semakin banyak perusahaan fintech mengantongi izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Kedua, bank juga semakin banyak menyalurkan kredit melalui platfom fintech. Alhasil, jumlah penyaluran dan peminjam yang memperoleh kredit ikut bertambah. "Kolaborasi semakin gencar dilakukan, khususnya bank digital yang lebih gesit dan terintegrasi dengan fintech karena melalui teknologi ke teknologi," kata Direktur Eksekutif AFPI Kuseryansyah, Senin (6/9).
Baca Juga: Berantas pinjol ilegal, AFPI: Ada pedoman etika mengikat bagi pinjol anggota kami
Diperkirakan kerja sama fintech dengan bank akan bertambah. Terlebih, fintech memiliki data terkait profil peminjam, sistem penilaian kelayakan peminjam melalui algoritma dari artficial intelligence dan sistem penilaian risiko kredit.
Selain kerja sama dengan bank, pertumbuhan beberapa sektor juga menunjang pembiayaan produktif seperti bisnis makanan dan minuman, transportasi dan komunikasi. Ke depan, ia optimsitis pembiayaan produktif naik dengan adanya integrasi antara UMKM dan ekosistem digital.
Merespon hal itu, PT Astra Welab Digital Arta (AWDA) dengan produknya, Maucash menggandeng PT Berdayakan Usaha Indonesia (Batumbu) menyelurkan pembiayaan produktif. Sejak Juni hingga Agustus 2021, keduanya telah menyalurkan pinjaman Rp 4 miliar.
CEO AWDA Rina Apriana berharap, kedua perusahaan bisa menyalurkan pembiayaan produktif Rp 100 miliar hingga akhir 2021. Dengan skema pinjaman berbasis Supply Chain Financing atas tagihan pembelian barang (invoice financing) dari para pelaku UMKM. “Melalui program ini, Batumbu dan Maucash mendukung program pemerintah untuk meningkatkan potensi UMKM agar terus berkembang secara berkelanjutan, sehingga menghasilkan solusi finansial bagi para pelaku usaha," terang Rina.
Dengan demikian, ia percaya pelaku UMKM yang menjadi pondasi utama pertumbuhan ekonomi di Indonesia dapat tetap bertahan dan berlangsung di tengah kebangkitan ekonomi Indonesia dari keterpurukan pandemi Covid-19 saat ini.
Baca Juga: Transaksi fintech & e-commerce menopang bisnis cash management perbankan
Tak mau kalah, PT Pasar Dana Pinjaman (Danamas) juga menggenjot pembiayaan produktif. Hingga saat ini, porsi pembiayaan produktif Danamas masih mendominasi yakni di atas 90% dari total pinjaman.
"Ke depan, kami masih fokus pada usaha reseller pulsa. Lalu pinjaman baru kepada usaha logistik untuk pembayaran di tempat (COD)," ungkap Direktur Utama Danamas Dani Lihardja.
Untuk meningkatkan jumlah pinjaman, perusahaan gencar melakukan promosi melalui media sosial. Kemudian memanfaatkan jaringan cabang kantor representatif Danamas yang ada di seluruh Indonesia untuk mensosialisasikan produk Danamas.
Selanjutnya: Bank Neo Commerce (BBYB) memperluas kerja sama dengan fintech P2P lending
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News