Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - PYONGYANG. Sebuah parade militer besar-besaran di Korea Utara telah diidentifikasi sebagai acara penyebar Covid besar-besaran, setelah sejumlah tentara yang berpartisipasi dalam acara tersebut bulan lalu dinyatakan positif terkena virus tersebut.
Melansir Insider yang mengutip Radio Free Asia, beberapa penjaga yang ditempatkan di kota Sinuiju, yang berbatasan dengan China, mulai menunjukkan gejala Covid awal bulan ini.
“Mereka mengalami demam tinggi dan gejala pernapasan akut […] dan setelah pengujian oleh otoritas kesehatan, dipastikan bahwa mereka terinfeksi varian Omicron,” kata seorang pejabat keamanan perbatasan yang tidak disebutkan namanya kepada outlet tersebut.
"Sebagian besar yang dinyatakan positif adalah perwira dan tentara yang mengikuti parade militer pada 25 April," tambahnya.
Korea Utara mengadakan parade militer besar-besaran pada 25 April untuk menandai peringatan 90 tahun berdirinya milter negara tersebut, di mana acara itu berhasil mengumpulkan lebih dari 20.000 tentara dan menjadi ajang pameran senjata.
Foto-foto yang dirilis media pemerintah menunjukkan kerumunan besar orang yang berkumpul di Lapangan Kim Il Sung Pyongyang tidak mengenakan masker dan tidak menjaga jarak secara sosial.
Baca Juga: WHO Siap Bantu Korea Utara Hadapi Wabah Covid-19, Ini Dukungannya
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan istrinya Ri Sol Ju menghadiri parade militer malam hari untuk menandai peringatan 90 tahun berdirinya Tentara Revolusioner Rakyat Korea di Pyongyang, Korea Utara.
Pada saat itu, Korea Utara masih belum melaporkan satu kasus Covid-19 sejak pandemi dimulai – meskipun para ahli meragukan keakuratan pelaporan data Covid negara itu.
Tetapi setelah akhirnya melaporkan kasus Covid pertamanya pada 12 Mei, negara itu sekarang mengalami wabah "demam" besar-besaran dengan setidaknya 1,2 juta kasus, kata media pemerintah KCNA, Senin.
Korea Utara belum mengklarifikasi berapa banyak kasus "demam" yang dinyatakan positif COVID-19. Setidaknya 50 orang telah meninggal dan lebih dari setengah juta orang menerima perawatan medis, tambah outlet tersebut.
Baca Juga: Tingkat Kematian Akibat Covid-19 di Korea Utara Meningkat
"Wabah saat ini terkait erat dengan parade 25 April," kata Hong Min, seorang peneliti di Institut Korea untuk Unifikasi Nasional di Seoul kepada AFP.
"Lebih dari 20.000 orang bersiap untuk parade selama dua bulan sebelum acara dan tinggal di ibu kota untuk berfoto bersama Kim Jong Un," katanya.
Menurut NK News, pada Senin pagi, Korea Selatan mencoba menghubungi tetangganya di Utara melalui hotline antar-Korea untuk menawarkan masker, vaksin, dan alat tes Covid, tetapi Pyongyang belum menanggapi.
Penguncian total
Sementara itu, mengutip Reuters, Korea Utara mengatakan pada hari Minggu (15/5/2022), total 42 orang telah meninggal ketika negara itu memulai hari keempat di bawah penguncian nasional yang bertujuan untuk menghentikan wabah COVID-19 pertama yang dikonfirmasi di negara miskin itu.
Pada hari Kamis, Korea Utara untuk pertama kalinya mengakui wabah COVID-19 dan memerintahkan penguncian. Kantor berita negara KCNA mengatakan negara itu mengambil "langkah-langkah darurat negara cepat" untuk mengendalikan epidemi.
"Semua provinsi, kota, dan kabupaten di negara ini telah dikunci total dan unit kerja, unit produksi, dan unit perumahan ditutup satu sama lain sejak pagi 12 Mei dan pemeriksaan ketat dan intensif terhadap semua orang sedang dilakukan," lapor KCNA pada hari Minggu.
Sehari sebelumnya pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengatakan penyebaran COVID-19 telah mendorong negaranya ke dalam "kekacauan besar" dan menyerukan pertempuran habis-habisan untuk mengatasi wabah tersebut.
Otoritas kesehatan telah mendirikan lebih banyak pos pencegahan epidemi, dan segera mengangkut pasokan medis ke rumah sakit dan klinik, sementara pejabat senior telah menyumbangkan obat-obatan cadangan, KCNA melaporkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News