Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID -
JAKARTA. Start up Traveloka berencana menjual saham perdana melalui lantai bursa. Untuk pertama kali, manajemen startup perjalanan (travel) online terbesar di Asia Tenggara akan jual saham melalui pasar modal Amerika Serikat (AS) tahun ini.
Mengutip Bloomberg, Selasa (16/2), Traveloka akan menggelar penawaran saham perdana atau IPO melalui perusahaan akuisisi bertujuan khusus (special purpose acquisition company/SPAC) untuk mengumpulkan dana segar. Dalam sebuah wawancara yang dilakukan Selasa (16/2), Chief Executive Officer Traveloka, Ferry Unardi mengatakan, listing di bursa dengan mekanisme SPAC merupakan cara yang sangat efisien.
Ferry melanjutkan, Traveloka juga tidak menutup kemungkinan untuk melakukan penawaran saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) setelah resmi melantai di bursa AS.
"Jika kami dapat melakukannya lebih cepat, selanjutnya kami dapat fokus pada eksekusi dan mengembangkan perusahaan," terang Ferry seperti dikutip Bloomberg, Selasa (16/2).
Baca Juga: Isu Merger Tokopedia dan Gojek Mencuat, Wujudkan Super App Bernilai US$ 18 Miliar
Sejumlah investor termasuk Expedia Group Inc., Rocket Internet SE, sovereign wealth fund milik Singapura yakni GIC Pte, dan JD.com, telah membantu meningkatkan valuasi Traveloka selama bertahun-tahun. Adapun valuasi unicorn sektor travel tersebut bernilai US$ 3 miliar pada tahun 2017, menurut laporan CB Insights.
Bloomberg juga melaporkan, Traveloka dikabarkan telah memilih JPMorgan Chase & Co untuk membantu dalam melakukan penawaran saham perdana. Ferry mengatakan, Traveloka akan menjajaki opsi merger atau akuisisi setelah hajatan IPO selesai digelar.
Direktur Eksekutif ICT Institute dan pengamat start-up Heru Sutadi menilai, saat pandemi seperti sekarang bukanlah waktu yang tepat bagi Traveloka untuk melakukan penawaran saham perdana.
Sebab, industri pariwisata yang digeluti Traveloka merupakan salah satu sektor yang terkena dampak Covid-19. Ini berimbas pada layanan transportasi dan akomodasi. Aplikasi yang menawarkan layanan tersebut juga pasti terkena dampak hebat. Alhasil, secara bisnis, trafik dan transaksi perusahaan di sektor ini pasti akan menurun.
"Saran saya menunggu lalu lintas transportasi dan akomodasi normal atau mendekati normal, baru layak untuk IPO," terang Heru saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (16/2).
Di saat pandemi saat ini, pelaku pasar akan selektif dan membeli saham yang dinilai prospektif. Ditambah, daya beli masyarakat juga menurun.
Selanjutnya: Penerima vaksin Covid-19 diusulkan dapat sertifikat dan bisa jadi syarat bepergian
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News