kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Cadangan Nikel Melimpah, Indonesia Bisa Jadi Pemain Global


Kamis, 12 Mei 2022 / 08:45 WIB
Cadangan Nikel Melimpah, Indonesia Bisa Jadi Pemain Global

Reporter: Filemon Agung | Editor: Tendi Mahadi

Di sisi lain, kinerja ekspor dan impor di bulan Maret 2022 berhasil menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah. Solidnya performa surplus Indonesia pada Maret 2022 ditopang oleh kinerja ekspor yang terus menguat di tengah peningkatan harga berbagai komoditas andalan yang cukup signifikan. Tercatat pada Maret 2022, harga batubara meningkat 49,91% (mtm), nikel tumbuh 41,26% (mtm), dan CPO naik 16,72% (mtm).

Sementara itu, Ridwan mengungkapkan, konsumsi bijih laterit tipe limonite kadar nikel rendah di Indonesia untuk pabrik HPAL yang memproduksi nikel kelas 1 masih relatif rendah.  Jumlah cadangan bijih tipe saprolite dengan kandungan Ni kurang dari 1,7% dan Ni kurang dari 1,5% masing-masing sebesar 2,80 miliar ton dan 1,81 miliar ton bijih basah. 

"Jika diasumsikan semua pabrik HPAL yang direncanakan telah terbangun dan seluruhnya beroperasi maka konsumsi 58 juta ton bijih basah per tahun dengan asumsi tidak terdapat penambahan smelter lebih lanjut," terang Ridwan.

Dengan demikian, maka cadangan bijih untuk kandungan Ni kurang dari 1,5% masih dapat bertahan hingga tahun 2055.

Meskipun surplus neraca perdagangan terus berlanjut, Pemerintah akan tetap waspada dan terus responsif dalam menghadapi berbagai tantangan yang mungkin muncul, seperti melambatnya laju pemulihan ekonomi Zona Euro akibat perang Rusia- Ukraina, serta penerapan lockdown yang baru saja diterapkan kembali di Tiongkok. Kondisi ini diperkirakan berpengaruh pada performa ekspor ke depan.

Baca Juga: Laba Harum Energy (HRUM) Melejit 256% pada Kuartal I, Ini Pendorongnya

Hal tersebut sejalan dengan program pemerintah untuk mengakselerasi pengembangan Electrical Vehicle atau kendaraan listrik di tanah air, dimana nikel merupakan salah satu komponen utama dalam pembuatan baterai kendaraan listrik. 

Pemerintah menunjukkan keseriusannya dalam menjalankan program ini dengan terus melakukan berbagai upaya untuk menciptakan ekosistem yang menunjang terwujudnya kendaraan listrik ini.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan dalam kunjungan kerjanya ke Amerika Serikat (AS) pada akhirnya bertemu langsung dengan CEO Tesla Elon Musk. pembahasan tak lain seputar nikel dan baterai listrik yang baru-baru ini dibahas kembali oleh pihak Tesla ke Pemerintah RI.

Fenomena yang terjadi pada nikel saat ini mirip dengan apa yang terjadi dengan batu bara pada tahun 2000-an, dimana pertumbuhan produksi batu bara pada saat itu hanya sekitar 67 juta ton dan terus bertumbuh setiap tahunnya hingga pada tahun 2019 mencapai sekitar 616 juta ton. Begitupun dengan nikel yang setiap tahunnya diprediksi akan terus terjadi pertumbuhan produksi seiring dengan semakin meningkatnya produksi kendaraan listrik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×