Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peluang bisnis dari energi panas bumi (geothermal) dinilai sangat besar. Itu tidak terkait kelistrikan, tetapi juga bisa dimanfaatkan untuk tujuan lain.
Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Ahmad Subarkah Yuniarto mengatakan, paling tidak ada lima peluang bisnis yang bisa dikembangkan dari panas bumi. Itu antara lain hidrogen hijau, pengolahan CO2 dan bahan baku hijau, ekstraksi material nano, pertanian, dan pariwisata.
“Di Eropa, pemanfaatan geothermal untuk banyak keperluan sudah sangat populer, misalnya untuk city heating,” kata Ahmad dalam keterangannya, Jumat (8/3).
Sebagai gambaran, menurut the European Geothermal Energy Council, kapasitas terpasang pemanas geothermal di Eropa pada 2019 telah mencapai 5,5 GWth (GigaWatts Thermal).
Baca Juga: Punya Beragam Proyek EBT, Pertamina NRE Genjot PLTS Atap, Panasbumi, dan PLTGU
Ahmad optimistis, Indonesia juga bisa melakukan hal yang sama. Saat ini, lanjutnya, PT PGE sudah memulai mengaplikasikan panas bumi untuk pertanian kentang di Garut dan Kamojang, dua wilayah di mana pembangkit panas bumi milik PT PGE beroperasi.
Keuntungan yang diperoleh petani bisa meningkat sampai 10 kali lipat dibandingkan pertanian konvensional, katanya.
PT PGE membuat tanki berbentuk silinder dengan garis tengah 1,5 meter untuk mensterilisasi Cocopeat, media tanam untuk benih kentang, dari bakteri dan virus. Sterilisasi dilakukan dengan memanaskan tanki tersebut dengan memanfaatkan uap dari PLTP Kamojang.
Zamzam Nurzaman, Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Mustika Hutan Jawa Barat bilang, pemanasan Cocopeat sekitar sekitar 4-5 jam. Sebelum Cocopeat dipanaskan dengan drum dengan kayu atau gas. “Proses yang sekarang lebih cepat dan jumlahnya jauh lebih besar,” katanya.
Dengan drum mereka paling banyak hanya bisa memanasi dua karung (60 kg) Cocopeat, sedangkan dengan tanki PT PGE bisa sampai 20 karung (600 kg).
Fasilitas pemanasan ini merupakan bagian dari program tanggung jawab sosial PT PGE dengan nama Geothermal Potato (Geotato) sejak 2018 dimulai dengan uji coba. PT PGE menyediakan dua tanki pemanas. Satu tanki khusus untuk kentang, satu lagi untuk jamur.
“Namun, kalau pas lagi kosong, kita pakai juga,” kata Zamzam. Saat ini, ada delapan petani yang bergerak di bidang usaha pembibitan kentang.
Menurut Ahmad Yuniarto, peluang pengembangan pertanian (GeoAgro Industry) di daerah sekitar pembangkit panas bumi masih terbuka lebar. PT PGE saat ini memiliki 13 wilayah kerja panas bumi. Enam di antaranya sudah beroperasi dan dikelola sendiri dengan kapasitas 672 MW.
Baca Juga: Punya Beragam Proyek EBT, Pertamina NRE Genjot PLTS Atap, Panasbumi, dan PLTGU
Enam wilayah kerja tersebut adalah Kamojang dan Karaha di Jawa Barat, Sibayak (Sumatera Utara), Lumut Balai (Sumsel), Ulubelu (Lampung), dan Lahendong (Sulawesi Utara).
Selain pertanian, PT PGE juga melihat potensi yang sangat besar di sektor kepariwisataan di Wilayah Kerja Lahendong di Tomohon. Perusahaan sedang merencanakan pembangunan obyek turisme dengan konsep taman geothermal, misalnya dengan memanfaatkan sumber air panas, tour, dan untuk pendidikan tentang panas bumi.
Ahmad Yuniarto mengemukakan bahwa pemanfaatan geothermal untuk hidrogen hijau merupakan peluang yang sangat menarik di masa depan. Di banyak negara, PLTP dipakai sebagai sumber listrik untuk memproduksi hidrogen melalui proses elektrolisis.
Hidrogen ini dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Dua di antaranya adalah untuk sektor transportasi dan petrokimia.
Menurutnya, Hidrogen hijau akan menjadi game changer untuk mencapai dekarbonisasi.
Namun, untuk menuju ke sana masih panjang. “Kita baru di tahap awal, masih belajar bagaimana memanfaatkan hidrogen hijau untuk skala komersial.Berbeda dengan sektor kelistrikan di mana PLN sudah siap membeli uap panas dari pengembang geothermal,“ tambahnya.
Karena itu, kata Ahmad, PGE akan mengajak semua pihak di Indonesia untuk bersama-sama mengembangkan hidrogen. Ada banyak keuntungan yang diperoleh dari pemanfaatan hidrogen.
Selain mengurangi biaya energi dalam jumlah yang sangat besar dibandingkan dengan energi fosil, terutama ketika harga minyak mentah naik tinggi seperti saat ini, pemanfaatan hidrogen juga bisa mengurangi emisi karbon.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News