Sumber: Channel News Asia | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - FRANKFURT. BioNTech memperingatkan, tidak ada data yang mendukung "keamanan dan kemanjuran" dari penundaan suntikan kedua vaksin virus corona lebih dari tiga minggu.
Peringatan BioNTech, yang mengembangkan vaksin bersama Pfizer, itu menyusul beberapa negara menunda pemberian suntikan kedua untuk memberi lebih banyak orang dosis pertama.
Perusahaan obat asal jerman tersebut mengatakan, data klinis menunjukkan kemanjuran 95% berdasarkan pemberian dua dosis vaksin dengan selang 21 hari atau tiga minggu.
Menurut BioNTech, keamanan dan kemanjuran vaksin belum mereka evaluasi untuk jadwal pemberian dua dosis vaksin virus corona yang berbeda atau lebih dari tiga minggu.
"Meskipun data menunjukkan ada perlindungan parsial dari vaksin 12 hari setelah dosis pertama, tidak ada data yang menunjukkan perlindungan dosis pertama setelah 21 hari," kata BioNTech dalam pernyataan Selasa (5/1), seperti dikutip Channel News Asia.
Baca Juga: Bila program vaksinasi berhasil, Inggris akan cabut lockdown di pertengahan Februari
Dihadapkan dengan persediaan vaksin yang terbatas, Denmark mengatakan pada Senin (4/1), mereka akan menunda suntikan kedua vaksin hingga enam minggu setelah dosis pertama.
Sementara Inggris bakal menunda hingga 12 minggu. Jerman juga sedang mempertimbangkan untuk melakukan suntikan kedua vaksin virus corona menjadi lebih dari 21 hari.
Negara-negara itu menyatakan, praktik tersebut akan memungkinkan lebih banyak populasi untuk mendapatkan suntikan pertama vaksin virus corona.
"Sementara keputusan tentang rejimen dosis alternatif ada pada otoritas kesehatan, kami yakin dosis kedua diperlukan untuk memberikan perlindungan maksimal terhadap penyakit," sebut BioNTech.
BioNTech menambahkan, tetap berkomitmen untuk melanjutkan "dialog dengan regulator, otoritas kesehatan, dan pemerintah" tentang "setiap keputusan kesehatan masyarakat".
Selanjutnya: Ribuan orang di India mendaftar tawaran wisata ke AS dan vaksin Covid-19
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News