kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.935   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Bio Saliva masih berada dalam tahap limited release untuk penyempurnaan


Rabu, 07 Juli 2021 / 06:15 WIB
Bio Saliva masih berada dalam tahap limited release untuk penyempurnaan

Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bio Farma dan perusahaan rintisan bioteknologi Nusantics meluncurkan inovasi terbaru, Bio Saliva, alat uji untuk mendeteksi Covid-19 dengan metode kumur (gargling). Adapun saat ini, Bio Saliva masih berada dalam tahap limited release untuk penyempurnaan. 

Ike Yuningsih, Marketing Communication & PR Manager Nusantics memaparkan tujan Nusantics membuat test PCR dengan metode kumur-kumur (gargle) ini supaya pasien lebih nyaman saat pengambilan sampel. 

"Sebab kalau menggunakan cara dicolok, pasien anak-anak sampai orang tua tidak nyaman. Jadi harus dicari cara ternyaman seperti apa. Atas dasar itu, kami mengembangkan alat ini," jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (6/7). 

Ike menceritakan, pada awalnya Nusantics hanya mengembangkan Saliva, metode test Covid-19 dengan air liur saja tanpa harus berkumur. Tapi ternyata, metode ini kurang akurat.  Maka dari itu, Nusantics mengembangkan lagi metode pengambilan sampel  dengan kumur-kumur di tenggorokan dan hasilnya lebih akurat.  

Baca Juga: Begini kata ahli soal tes COVID-19 dengan metode kumur PCR

"Hal ini dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan selama 7 bulan dengan melibatkan 400 pasien Covid-19 di Indonesia, salah satunya di Rumah Sakit Umum dr Karyadi di Semarang," jelas Ike. 

Pada 3 Juli 2021 yang lalu, Bio Saliva masuk pada peluncuran tahap awal. Meskipun Ike belum bisa membeberkan berapa banyak masyarakat yang sudah di test, pihaknya mengklaim sejauh ini antusiasme luar biasa dan menyatakan keinginan untuk mencoba. 

Saat ini, pengecekan menggunakan Bio Saliva baru dapat dilakukan di laboratorium GSI Kuningan dan Cilandak (limited releases). Ke depannya, Ike mengatakan Biosaliva akan didistribusikan ke seluruh Indonesia. Selain itu, Ike juga tidak menampik Biosaliva bisa menjadi salah satu metode test Covid-19 yang digunakan sebagai syarat menggunakan transportasi umum. 

"Pada dasarnya, Biosaliva ini berbasis PCR, hanya saja cara mengambil sample-nya berbeda, yakni dengan berkumur bukan dicolok. Jadi tetap melalui tahapan PCR sebagai  standar gold testing, bukan screening. Namun, bisa atau tidaknya tentu tergantung pemerintah," kata Ike. 

Biosaliva merupakan satu-satunya metode PCR gargle yang dikembangkan di Indonesia. Namun, kalau di negara lain, Jerman, Dubai, Jepang, dan Amerika sudah duluan menggunakan metode ini. 

Di tengah maraknya varian mutasi Covid-19 dan tingginya angka penyebaran, Bio Farma menjawab kebutuhan akan alat uji yang nyaman dan akurat. Penggunaan Bio Saliva, bersama dengan m-BioCov-19 dapat mendeteksi mutasi B 117 (Alpha), B 1.351 (Beta), P.1 (Gamma), B 1.617.2 (Delta), B 1.617.1 (Kappa), B 1.525 (Eta), B 1.526 (Iota), B 1.466.2 (varian Indonesia), B 1.427/29 (Epsilon), dan C.37 (Lambda). Sampai saat ini belum ada produk alat uji Covid-19 di Indonesia yang dapat mendeteksi 10 (sepuluh) varian mutasi Covid-19. 

Revata Utama, CTO Nusantics mengatakan pihaknya sudah menguji dengan bioinformatics alignment terhadap puluhan ribu data Whole Genome Sequencing variant-variant tersebut. 

"Kemampuan mBioCoV19 mendeteksi semua varian yang beredar dikarenakan pertimbangan atas target genes yang dipakai dalam desain PCR kami sejak tahun lalu. Di mana gene E, M, S, dan N memiliki tingkat mutasi yang tinggi, maka kami memilih target gene helicase (nsp-13) dan RdRp (nsp-12) yang sangat conserved (atau lebih tahan terhadap mutasi) dan sensitif," ujarnya. 

Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir menambahkan, ini merupakan kali pertama Indonesia membangun industri diagnostik. Meskipun kita tertinggal 2-3 dekade ketimbang negara maju, namun Bio Farma telah berhasil mencatat prestasi penting selama masa pandemi. 

"Pastinya masih diperlukan beberapa penambahan sehingga alat uji Bio Saliva ini akan semakin sempurna, maka harus kita dorong percepatan penyempurnaan produk. Masukan dari berbagai pihak ditahap limited release ini sangat membantu. Kita tidak boleh tertinggal," kata dia. 

Bio Farma saat ini tengah melakukan uji post market BioSaliva di 3 (tiga) laboratorium, sejalan dengan limited release, yang ditunjuk oleh Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga Kementerian Kesehatan RI, antara lain ;  Lab Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Lab Biomedik Lanjut Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran dan Lab Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Honesti juga menekankan bahwa dukungan selama sebulan ke depan dari berbagai pihak sangat penting untuk penyempurnaan produk yang diharapkan berguna untuk meningkatkan kapasitas tracing nasional.

Selanjutnya: Ditemukan tes PCR kumur, ini bedanya dengan swab PCR serta rapid antigen menurut ahli

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×