kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berupaya tekan beban keuangan, ini strategi yang dilakukan Garuda Indonesia (GIAA)


Rabu, 20 Januari 2021 / 13:05 WIB
Berupaya tekan beban keuangan, ini strategi yang dilakukan Garuda Indonesia (GIAA)

Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo .

Sementara itu, Garuda juga mengestimasikan penerbitan Obligasi Wajib Konversi (OWK) senilai Rp 1 triliun sebagai bagian dari Pemulihan Ekonomi Nasional akan segera dilaksanakan pada pekan terakhir Januari 2021 dengan tenor selama 3 tahun, termasuk upaya menegosiasikan biaya sewa pesawat.

Hal tersebut sejalan dengan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada 20 November lalu yang telah menyetujui penerbitan maksimal nilai maksimal Rp 8,5 triliun dengan jangka waktu maksimal instrumen selama 7 tahun.

Namun, lanjut Irfan, penerbitan Rp 1 triliun dengan tenor 3 tahun terlebih dahulu merupakan hasil diskusi dengan sejumlah pihak yang meliputi Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kementerian Keuangan, dan Sarana Multi Infrastruktur (SMI) dengan mempertimbangkan kajian pada proyeksi keuangan dan langkah-langkah strategis yang akan ditempuh oleh perseroan pada 2021.

"Negosiasi akan diberlakukan pada seluruh armada Garuda Indonesia Group karena Garuda Indonesia mengoperasikan sebanyak 142 pesawat dan anak usaha Citilink mengoperasikan 68 pesawat," kata Irfan

Menurutnya negosiasi biaya pesawat saat ini terus dilakukan komunikasi insentif dengan para lessor untuk menurunkan biaya sewa serta perpanjangan masa sewa yang diharapkan dapat memperbaiki kondisi keuangan perseroan kedepannya. "Kami optimistis penerbitan OWK ini akan dapat menunjang fokus akselerasi kinerja Perseroan secara konsisten,” ungkap Irfan.

Irfan juga menyebut, Garuda tidak menutup kemungkinan untuk menerbitkan sukuk baru untuk pembiayaan kembali sukuk yang akan jatuh tempo pada 2023 mendatang. "Ya nanti kalau sudah jatuh tempo iya, kami harapkan bisa dilakukan," imbuh Irfan.

Seperti diketahui, GIAA melakukan restrukturisasi atas sukuk global senilai US$ 500 juta yang seharusnya jatuh tempo pada Juni 2020 menjadi diperpanjang hingga 2023. Akibat terdampak pandemi juga membuat Garuda Indonesia per September 2020 membukukan kerugian hingga US$ 1,07 miliar. Posisi tersebut berbanding terbalik dibandingkan pada kuartal III/2019 saat GIAA mencatatkan laba bersih US$ 122,42 juta.

Selanjutnya: Maskapai Terlilit Utang Ratusan Juta Dolar untuk Terbang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

×