kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bepergian lebih dari 72 km, Perempuan Afganistan Harus Ditemani Kerabat Laki-laki


Selasa, 28 Desember 2021 / 10:49 WIB
Bepergian lebih dari 72 km, Perempuan Afganistan Harus Ditemani Kerabat Laki-laki
ILUSTRASI. Taliban larang perempuan Afghanistan melakukan perjalanan jarak jauh sendirian, melainkan harus ditemani oleh kerabat laki-laki. REUTERS/Zohra Bensemra

Sumber: BBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - KABUL. Taliban melarang perempuan Afghanistan untuk melakukan perjalanan jarak jauh sendirian, melainkan harus ditemani oleh kerabat laki-laki.

Melansir BBC, aturan yang dikeluarkan pada hari Minggu tersebut adalah pembatasan terbaru pada hak-hak perempuan sejak kelompok Islam merebut kekuasaan pada bulan Agustus.

Mayoritas sekolah menengah tetap tutup untuk anak perempuan, sementara sebagian besar perempuan dilarang bekerja.

Kelompok Human Rights Watch mengatakan pembatasan terbaru ini merupakan aksi yang ditujukan untuk membuat perempuan sebagai tahanan.

Heather Barr, direktur asosiasi hak-hak perempuan kelompok itu, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa perintah itu menutup kesempatan bagi perempuan untuk dapat bergerak bebas atau untuk dapat melarikan diri jika mereka menghadapi kekerasan di rumah.

Baca Juga: Taliban: Tak akui pemerintahannya bisa berdampak global

Arahan terbaru, yang dikeluarkan oleh Kementerian Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan Taliban, mengatakan wanita yang bepergian lebih dari 72 km harus ditemani oleh anggota keluarga dekat pria.

Dokumen tersebut menyerukan pemilik kendaraan untuk menolak tumpangan kepada wanita yang tidak mengenakan penutup kepala atau wajah Islami, meskipun tidak disebutkan jenis penutup yang digunakan. Sebagian besar wanita Afghanistan sudah mengenakan jilbab.

Kebijakan ini juga melarang pemutaran musik di kendaraan.

Baca Juga: Taliban mengatakan anak perempuan akan dapat kembali ke sekolah sesegera mungkin

"Saya merasa sangat buruk," Fatima, seorang bidan yang tinggal di Kabul, mengatakan kepada BBC, menanggapi kebijakan tersebut. "Saya tidak bisa keluar sendiri. Apa yang harus saya lakukan jika saya atau anak saya sakit dan suami saya tidak ada?"

Dia menambahkan: "Taliban merebut kebahagiaan kami... Saya telah kehilangan kemerdekaan dan kebahagiaan saya."

Seorang wanita Afghanistan lainnya mengatakan kepada BBC bahwa, meskipun tindakan itu akan membantu beberapa wanita "merasa nyaman", pendampingan keluarga bukanlah jaminan terhadap kekerasan dan pelecehan.

Dia merujuk pada sebuah insiden di Paghman pada 2015 ketika empat wanita diculik dari keluarga mereka di bawah todongan senjata dan kemudian diperkosa beramai-ramai.

"Taliban harus menciptakan lingkungan di seluruh negeri sedemikian rupa sehingga perempuan merasa aman," tambahnya.

Sejak mengambil alih kekuasaan setelah kepergian pasukan AS dan sekutu, Taliban telah mengatakan kepada sebagian besar pekerja perempuan untuk tinggal di rumah sementara sekolah menengah hanya dibuka untuk anak laki-laki dan guru laki-laki.

Baca Juga: Staf PBB di Afghanistan kerap dilecehkan dan diintimidasi oleh Taliban

Taliban mengatakan pembatasan itu "sementara" dan hanya berlaku untuk memastikan semua tempat kerja dan lingkungan belajar "aman" bagi perempuan dan anak perempuan. Selama pemerintahan mereka sebelumnya pada 1990-an, perempuan dilarang mendapatkan pendidikan dan tempat kerja.

Bulan lalu, kelompok tersebut melarang perempuan tampil dalam drama televisi dan memerintahkan jurnalis dan presenter perempuan untuk mengenakan jilbab di layar.

Negara-negara donor telah mengatakan kepada Taliban bahwa mereka harus menghormati hak-hak perempuan sebelum bantuan keuangan dikembalikan.

Negara itu menghadapi krisis kemanusiaan dan ekonomi yang mendalam yang diperburuk oleh pencabutan dukungan internasional setelah kelompok itu merebut kekuasaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×