Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
2. Dolar AS yang kuat menjadi terlalu mahal bagi negara-negara berkembang
Penguatan greenback terhadap sebagian besar mata uang di seluruh dunia membuat impor jauh lebih mahal bagi negara-negara berkembang.
Di Argentina, tekanan politik dan penurunan ekspor berkontribusi pada penurunan cadangan dolar AS dan menekan peso Argentina yang pada gilirannya memicu inflasi.
Hal ini telah mendorong Argentina untuk mulai membayar impor China menggunakan yuan, bukan dolar AS, kata menteri ekonomi negara itu pada hari Rabu, menurut laporan Reuters.
"USD yang lebih kuat akan melemahkan perannya sebagai mata uang cadangan," tulis ekonom di Allianz, sebuah perusahaan jasa keuangan internasional, dalam laporan 29 Juni. "Jika akses ke USD menjadi lebih mahal, peminjam akan mencari alternatif."
3. Perdagangan global dan permintaan minyak semakin beragam — menempatkan petrodolar dalam risiko
Alasan utama dolar AS menjadi mata uang cadangan dunia adalah bahwa negara-negara Teluk di Timur Tengah menggunakan greenback untuk memperdagangkan minyak — karena itu sudah menjadi mata uang perdagangan yang digunakan secara luas pada saat mereka memperdagangkan minyak.
Pengaturan tersebut diresmikan pada tahun 1945 ketika negara raksasa minyak Arab Saudi dan AS mencapai kesepakatan bersejarah di mana Arab Saudi akan menjual minyaknya ke Amerika hanya dengan menggunakan greenback.
Sebagai imbalannya, Arab Saudi akan menginvestasikan kembali kelebihan cadangan dolar ke perbendaharaan dan perusahaan AS. Pengaturan tersebut menjamin keamanan AS untuk Arab Saudi.
Tapi kemudian AS menjadi energi mandiri dan pengekspor minyak bersih dengan munculnya industri minyak serpih.
“Perubahan struktural di pasar minyak yang disebabkan oleh revolusi shale-oil secara paradoks dapat melukai peran USD sebagai mata uang cadangan global karena eksportir minyak, yang memainkan peran penting dalam status USD, perlu mengubah orientasi diri mereka sendiri ke negara lain dan mata uang mereka,” lapor ekonom Allianz.
Baca Juga: Amankan Dana Pinjaman IMF, Pakistan Akan Kerek Pajak