Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
Riza pun mengamini bahwa pihaknya sedang membahas kedua opsi tersebut bersama pemerintah. "Betul," jawabnya singkat.
Mengutip Asia Times, PT Freeport Indonesia (PTFI) membahas kerjasama dengan Tsingshan Steel China untuk membangun smelter tembaga senilai US$ 1,8 miliar di kompleks pengolahan nikel di Weda Bay, Halmahera.
Dalam wawancara dengan Asia Times, Menko Luhut berharap kesepakatan tersebut bisa ditandatangani sebelum Maret mendatang. "Kami senang dengan kesepakatan tersebut. Tetapi kedua belah pihak masih dalam pembahasan rinci," katanya.
Baca Juga: Tarik ulur smelter tembaga, begini kata IMA dan AP3I
Tsingshan dikabarkan telah setuju untuk menyelesaikan smelter tembaga tersebut dalam waktu 18 bulan. Dengan Tsingshan yang juga berencana menyelesaikan pabrik baterai lithium di Weda Bay pada tahun 2023, pabrik peleburan tembaga baru akan menyediakan asam sulfat yang dibutuhkan untuk memproduksi feronikel kualitas rendah untuk pasar baja tahan karat dan juga untuk memulihkan kobalt dari baterai lithium bekas.
Tembaga Freeport juga akan menjadi sumber kabel dan suku cadang lainnya untuk industri mobil listrik. Menurut salah satu perkiraan ahli, kendaraan listrik baterai menggunakan tembaga sebanyak 83 kilogram, dibandingkan dengan 23 kilogram untuk mesin pembakaran internal.
Di sisi lain, pengangkutan konsentrat Freeport tidak dianggap sebagai faktor utama. Jarak antara pelabuhan Freeport di Timika di pantai selatan Papua ke situs Halmahera hanya 2.660 kilometer, dibandingkan dengan jalur 4.000 kilometer ke Gresik.
Selanjutnya: Gandeng Tsingshan untuk bangun smelter tembaga di Weda Bay, ini penjelasan Freeport
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News