kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Aspimtel memproyeksikan bisnis menara telekomunikasi masih bisa tumbuh 5%-7%


Sabtu, 04 September 2021 / 10:30 WIB
Aspimtel memproyeksikan bisnis menara telekomunikasi masih bisa tumbuh 5%-7%

Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek industri infrastruktur telekomunikasi diprediksi terus menguat, seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap layanan digital. Penetrasi jaringan 5G juga menguatkan sinyal pertumbuhan positif bagi industri telekomunikasi, termasuk dari sisi bisnis menara.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengembang Infrastruktur dan Menara Telekomunikasi (Aspimtel) Pratignyo Arif Budiman mengungkapkan, prospek industri menara telekomunikasi ke depan masih menjanjikan. Proyeksi pertumbuhan berkisar di angka 5%-7% selama 10 tahun ke depan.

Kemudian, sejalan dengan kesiapan teknologi untuk menunjang 5G, kebutuhan terhadap layanan digital seperti Internet of Things (IoT), otomatisasi dan penunjang digital lainnya juga akan ikut terdongkrak. "Kebutuhan layanan tersebut akan mendorong investasi di jaringan baik untuk Capex maupun Opex dengan potensi meningkat sekitar 60%," kata Pratignyo kepada Kontan.co.id, Jum'at (3/9).

Dengan kondisi tersebut, prospek industri menara telekomunikasi akan bertumbuh, baik secara organik maupun dengan inorganik atau melalui akuisisi. Kebutuhan menara yang terus meningkat juga terlihat dari masih rendahnya penetrasi 4G di Indonesia dibandingkan negara-negara maju, yakni masih sekitar 60-an%.

Alasan lainnya, rasio densifikasi tower di Indonesia masih rendah dibanding benchmark global. Apalagi dengan perkembangan teknologi dan services di era digital 5G beserta use case-nya, kebutuhan peningkatan layanan khususnya dari sisi coverage akan terus terdongkrak naik.

"Strategi tower provider untuk meningkatkan jumlah tower baik secara organic maupun inorganic masih terus bertumbuh dan tentunya didasarkan kajian bisnis dari masing-masing tower provider dilihat dari sisi kelayakan investasinya," sambung Pratignyo.

Saat ini Aspimtel tercatat memiliki 22 anggota yang terdiri dari perusahaan-perusahaan menara telekomunikasi terkemuka. Adapun menara telekomunikasi yang dimiliki oleh anggota Aspimtel berjumlah sekitar 85.000 menara.

Ekspansi Emiten Menara

Sebelumnya, Founder IndoTelko Forum Doni Ismanto Darwin juga menilai, bisnis menara telekomunikasi tetap akan cerah seiring layanan operator telekomunikasi yang semakin dibutuhkan masyarakat. Apalagi, pandemi mempercepat pergeseran pola komunikasi dari offline ke online.

Melihat pertumbuhan industri yang prospektif, Doni memprediksi perusahaan menara tetap akan rajin memperbesar aset baik dengan membangun menara sendiri (organik) maupun anorganik (akuisisi). Untuk perusahaan yang punya pendanaan kuat, akuisisi cenderung lebih dipilih karena pengembangan aset bisa secara cepat terealisasi.

"Akuisisi disukai karena biasanya menara yang dijual sudah clean and clear statusnya, serta sudah ada penyewa eksisting, sehingga sudah ada kepastian revenue," kata Doni saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (29/8).

Peneliti Center of Innovation and Digital Economy Indef Nailul Huda menambahkan, pandemi memukul semua sektor. Namun, industri teknologi dan telekomunikasi mampu melesat hingga tumbuh double digits. Industri menara menjadi segmen yang terpapar imbas positif seiring pertumbuhan teknologi dan ekonomi digital yang kian masif.

"Semakin pesatnya teknologi maka semakin tinggi pula permintaan industri tower baik tower baru atau pun jual beli tower lama. Selain itu, di Indonesia sendiri masih relatif kurang pembangunan tower-nya terutama di daerah 3T. Pembangunan tower di sana pasti masih akan dibutuhkan," kata Huda.

Terlebih, prospek bisnis menara juga akan terpoles dengan langkah fiberisasi sejalan dengan perkembangan teknologi 5G. Penggunaan fiber optik yang terus meningkat tidak akan menyurutkan permintaan menara. Sebaliknya, fiberisasi akan mendorong perusahaan untuk membangun menara-menara baru agar bisa menampung teknologi baru di dunia telekomunikasi.

"Fiberisasi jaringan tetap membutuhkan tower. Dari sisi permintaan teknologi sangat besar, namun infrastruktur (telekomunikasi di Indonesia) masih kurang. Makanya tetap dibutuhkan ekspansi perusahaan tower ini. Jadi pengembangan fiber optic akan mendorong juga pembangunan tower," terang Huda.

Sejumlah perusahaan menara dan telekomunikasi pun mengamini, ekspansi di sektor ini masih akan ramai. PT Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST), misalnya, meski sudah menjual sekitar 3.000 menara kepada PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), namun IBST masih akan gencar melancarkan ekspansi.

Corporate Secretary IBST Merciana Anggani menyampaikan, seiring dengan kemajuan teknologi dan kedatangan 5G, IBST optimistis bisnis menara dan infrastruktur telekomunikasi tetap prospektif. Untuk menyambut 5G, IBST pun telah mengambil ancang-ancang dari jauh hari.

Sejak tahun 2014, sebut Merciana, IBST telah melengkapi diri dan mengambil langkah strategis dengan membangun jaringan fiber optic yang merupakan kebutuhan pokok dari teknologi 5G, supaya bisa menghasilkan bandwidth yang besar.

"Selain itu, karena teknologi 5G membutuhkan menara yang lebih rapat untuk dapat menyediakan layanan data yang cepat, stabil, dan koneksi internet yang handal menjadi opportunity bagi perusahaan," kata Merciana kepada Kontan.co.id, Minggu (29/8).

Merujuk pada pemberitaan sebelumnya, paska transaksi akuisisi menara oleh TBIG, per April 2021 IBST memiliki jumlah menara sebanyak 2.638 unit. IBST pun akan agresif dalam menambah jaringan fiber optic.

Per tahun lalu, jaringan fiber optic IBST mencapai 10.914 km. Pada tahun ini, penambahan jaringan fiber optic ditargetkan mencapai sekitar 8.000 km, sehingga pada akhir tahun 2021 bisa mencapai 18.000 km.

Dihubungi terpisah, PT Gihon Telekomunikasi Indonesia Tbk (GHON) juga masih optimistis bisa mengembangkan bisnisnya di tengah industri yang kian semarak. Direktur Utama GHON Rudolf P. Nainggolan mengatakan, pihaknya tetap menjalankan strategi pertumbuhan secara organik, sembari melihat potensi untuk melakukan akuisisi.

Per Juni 2021, GHON memiliki 1.311 penyewaan, yang terdiri  dari 752 sites telekomunikasi dan 559 kolokasi. "Sampai semester I masih sesuai dengan rencana. Bertumbuh secara organtik, untuk non-organik kami masih mempelajari beberapa tower yang akan dijual," ungkap Rudolf.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

×