kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Akselerasi Industri Antara untuk Serap Produk Olahan Smelter Diperlukan


Sabtu, 18 Desember 2021 / 10:55 WIB
Akselerasi Industri Antara untuk Serap Produk Olahan Smelter Diperlukan

Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .

Dalam pemberitaan Kontan, Presiden Direktur Amman Mineral Nusa Tenggara, Rachmat Makkasau mengatakan, salah satu proyek yang terus dilaksanakan di tahun depan adalah melanjutkan pembangunan smelter

Seperti yang diketahui, smelter dengan kapasitas 900.000 ton konsentrat per-tahun ini sedang dalam tahap konstruksi dan memulai pembangunan dengan intens. Namun, dalam proses pembangunannya, Rachmat mengakui, pihaknya mengalami banyak sekali tantangan khususnya karena pandemi Covid-19. 

"Dengan kondisi tersebut kami juga berpikir akan ada delay dalam pelaksanaan dan eksekusi proyek. Namun, kami yakin dapat meminimalkan delay sehingga target yang dicanangkan pemerintah di mana smelter harus selesai pada 2023 paling tidak bisa tercapai," ujarnya dalam webinar yang diselenggarakan E2S dengan topik "Outlook Sektor ESDM 2020: Leading Post-Pandemic Business Recovery" pada Rabu (8/12).

Sementara itu, Chief Financial Officer (CFO) PT Vale Indonesia Tbk Bernardus Irmanto mengungkapkan, seluruh produk yang akan dihasilkan dari dua proyek smelter Vale sudah memiliki kepastian pembeli. "Semua produk yang dihasilkan akan dibeli secara keseluruhan oleh pemegang saham joint venture, jadi tidak perlu lagi mencari pembeli," ujar Bernardus kepada Kontan, Jumat (17/12).

Bernardus memastikan saat ini pihaknya berupaya agar Proyek Smelter Bahodopi dan Pomalaa dapat segera merampungkan proses Final Investment Decision (FID). Dengan demikian, perusahaan dapat segera memulai dua proyek ini. Kontan mencatat, Vale bersiap untuk mendorong  smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Pomalaa, Sulawesi Tenggara dan smelter feronikel di Bahodopi, Sulawesi Tengah.

Baca Juga: Kebutuhan batubara di dalam negeri diproyeksi mengalami peningkatan 25% tahun 2025

Sebelumnya, INCO telah menandatangani dokumen Perjanjian Kerangka Kerjasama Proyek untuk Fasilitas Pengolahan Nikel Bahodopi dengan dua mitra, yaitu Taiyuan Iron & Steel (Grup) Co., Ltd (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai) pada Juni 2021 lalu.

Menurut perjanjian ini, ketiganya sepakat untuk membentuk perusahaan patungan (JV Co) untuk membangun fasilitas pengolahan nikel di Xinhai Industrial Park, Morowali, Sulawesi Tengah. Dalam perusahaan patungan itu, INCO akan memiliki 49% saham, sedang sebanyak 51% saham  JV Co sisanya bakal dimiliki oleh mitra INCO.  

Nantinya, JV Co ini akan membangun delapan lini pengolahan feronikel rotary kiln-electric furnace dengan perkiraan produksi sebesar 73.000 metrik ton nikel per tahun beserta fasilitas pendukungnya Dalam pemberitaan Kontan, untuk proyek smelter HPAL Pomalaa berkapasitas 40 ribuan ton per tahun, Vale menggandeng Sumitomo Metal Mining Co. Ltd (SMM).

Merujuk pada data Minerba One Data Indonesia (MODI) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), saat ini sudah ada 20 smelter yang selesai dan setidaknya 33 unit smelter dalam proses pengerjaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×