Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah dinilai perlu melakukan akselerasi industri antara dalam negeri karena belum mampu menyerap produk olahan mineral secara optimal. Padahal, disaat bersamaan pemerintah terlihat cukup getol mendorong investasi smelter.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pengolahan dan Pemurnian Indonesia (AP3I) Prihadi Santoso mengungkapkan, saat ini serapan pasar domestik untuk produk yang dihasilkan smelter masih rendah. "Kondisi pasar domestik menyerap produk olahan mineral masih rendah karena saat ini industri antara yang ada sangat sedikit sekali," ungkap Prihadi kepada Kontan, Jumat (17/12).
Prihadi menjelaskan, sebagai contoh untuk produk olahan nikel memiliki potensi serapan yang tinggi jika pabrik baterai mulai terbangun. Kondisi saat ini sendiri serapannya masih tergolong sedikit yakni oleh pabrik stainless steel di Morowali.
Sementara itu, untuk produk olahan tembaga, serapannya hanya sekitar sepertiga dari total yang diproduksi. "Karena adanya perbedaan sistem pembayaran dan kurangnya pendanaan di industri dalam negeri," imbuh Prihadi. Prihadi melanjutkan, perlu ada kebijakan dari pemerintah yang bisa menarik investor-investor luar negeri agar tertarik mendirikan pabrik di Indonesia.
Baca Juga: Selain Adaro (ADRO), Emiten Tambang Batubara Ini Juga Merambah Bisnis Tambang Logam
Dalam proses tersebut, Prihadi menyarankan agar dilakukan kajian yang baik sehingga tidak muncul kebijakan baru yang justru menghambat investasi hilir yang sedang berjalan. "(Juga) kemudahan berinvestasi di dalam negeri dan insentif dari pemerintah, (adanya) kemudahan dalam akses pendanaan, energi murah hingga teknologi yang tepat," jelas Prihadi.
Saat ini sendiri tercatat ada sejumlah proyek smelter yang tengah dituntaskan oleh sejumlah perusahaan.
Head of Corporate Communications PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) Kartika Octaviana mengungkapkan, saat ini pihaknya masih berfokus untuk merampungkan proyek. Kartika tak merinci upaya pencarian pasar untuk produk yang bakal dihasilkan nanti. "Saat ini kami fokus pada proses pembangunan untuk memenuhi mandat Pemerintah Indonesia," kata Kartika kepada Kontan, Jumat (17/12).
Adapun, per Juli 2021 proyek smelter AMNT telah mencapai 27,56%, sesuai dengan target minimum pembangunan yang telah disetujui oleh Pemerintah. Proyek smelter yang memiliki kapasitas input sebesar 900.000 Tonnes Per Annum (TPA) ditargetkan akan selesai pada tahun 2023.
Selain itu, pada 10 Desember 2021 lalu, melalui PT Amman Mineral Industri (AMIN) telah melakukan tahapan finalisasi kontrak dengan dua kontraktor besar untuk proyek Smelter dan Precious Metal Refinery (PMR) AMMAN di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat.
Penandatangan kontrak dilakukan oleh AMIN dan China Non-ferrous Metal Industry's Foreign Engineering and Construction Co., Ltd (NFC) serta PT Pengembangan Industri Logam (PT PIL Indonesia).