Reporter: Bidara Pink, kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Apa saja risiko tersebut?
- Pertama, permasalahan geopolitik yang masih berlanjut, di antaranya konflik Rusia dan Ukraina. Kondisi ini menyebabkan gangguan sisi suplai serta harga komoditas yang masih tinggi walaupun kondisinya mulai mengalami normalisasi.
- Kedua, kenaikan inflasi global yang belum mereda akibat kenaikan permintaan konsumen dan harga energi yang sangat mahal. Inflasi yang tinggi ini akan menimbulkan luka memar yang berpotensi memicu stagflasi.
- Ketiga, perlambatan ekonomi global yang tentu saja mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi domestik. Keempat, cuaca ekstrem karena perubahan iklim yang menyebabkan berbagai bencana alam dan bermuara pada kerugian secara ekonomi.
- Kelima, ruang fiskal yang yang lebih sempit di tengah konsolidasi fiskal pemerintah, yaitu mengembalikan defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk kembali ke bawah 3% produk domestik bruto (PDB) di 2023.
- Keenam, ada potensi penerimaan dari windfall komoditas bisa lebih kecil dari yang diterima Indonesia pada tahun 2023.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News