Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Perekonomian AS mengalami kontraksi terhebat sejak Perang Dunia Kedua pada tahun 2020 ketika pandemi Covid-19 menekan pengeluaran konsumen dan investasi bisnis. Kondisi itu mendorong jutaan warga Amerika kehilangan pekerjaan dan jatuh miskin.
Reuters memberitakan, meskipun pemulihan sedang berlangsung, perekonomian AS melambat secara signifikan di tengah kebangkitan infeksi virus corona dan hampir menipisnya uang bantuan dari pemerintah senilai US$ 3 triliun. Kondisi ini kemungkinan akan bertahan setidaknya hingga tiga bulan pertama tahun 2021.
Prospek ekonomi bergantung pada distribusi vaksin untuk melawan virus corona. Presiden Joe Biden telah meluncurkan rencana pemulihan ekonomi senilai US$ 1,9 triliun, tetapi beberapa anggota parlemen telah menolak keras hal tersebut setelah pemerintah menggelontorkan dana hampir US$ 900 miliar dalam stimulus tambahan pada akhir Desember.
Penasihat ekonomi Gedung Putih Brian Deese mengatakan, laporan dari Departemen Perdagangan pada hari Kamis menggarisbawahi urgensi bagi Kongres untuk mengesahkan rencana Biden. Deese memperingatkan bahwa risiko untuk tidak melakukan apa pun terlalu tinggi.
Baca Juga: Gedung Putih janji akan melindungi jaringan telekomunikasi AS dari ancaman Huawei
"Tanpa tindakan cepat, kita mengambil risiko krisis ekonomi yang berlanjut yang akan mempersulit warga Amerika untuk kembali bekerja dan bangkit kembali," kata Deese kepada Reuters.
Data yang dihimpun Reuters menunjukkan, tingkat Produk Domestik Bruto (AS) terkontraksi 3,5% pada 2020, yang merupakan penurunan terbesar sejak 1946. Hal tersebut mengikuti pertumbuhan 2,2% pada 2019 dan merupakan penurunan tahunan pertama dalam PDB sejak Resesi Hebat 2007-09.
Baca Juga: Sambil mencegah perubahan iklim, Joe Biden janji akan membuka jutaan lapangan kerja