kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.914   16,00   0,10%
  • IDX 7.205   64,44   0,90%
  • KOMPAS100 1.107   12,16   1,11%
  • LQ45 879   12,29   1,42%
  • ISSI 221   1,13   0,52%
  • IDX30 449   6,77   1,53%
  • IDXHIDIV20 541   6,33   1,18%
  • IDX80 127   1,54   1,22%
  • IDXV30 135   0,55   0,41%
  • IDXQ30 149   1,80   1,22%

Yield Obligasi Bertenor 10 Tahun dalam Tren Menurun, Bagaimana Prospeknya ke Depan?


Jumat, 14 April 2023 / 09:45 WIB
Yield Obligasi Bertenor 10 Tahun dalam Tren Menurun, Bagaimana Prospeknya ke Depan?

Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Imbal hasil alias yield obligasi bertenor 10 tahun Indonesia di awal tahun 2023 mengalami penurunan dan diprediksi bisa mencapai 6,4% di tahun 2023.

Melansir Investing.com, Kamis (13/4), yield obligasi Indonesia 10 tahun hari ini ada di level 6,72%. Angka itu menurun sejak bulan Februari 2023 yang rata-ratanya 6,9%.

Meskipun begitu, jika dilihat secara harian, yield obligasi Indonesia 10 tahun cukup fluktuatif. Sebab, pada Februari lalu, yield terendah sempat mencapai 6,54%.

Senior Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto mengatakan, penurunan yield sejak bulan Februari disebabkan oleh fluktuasi pasar dan ketidakpastian terkait suku bunga The Fed. Menurut Rully, yield obligasi Indonesia 10 tahun di awal tahun 2023 memang berfluktuasi, bahkan sempat mencapai 6,5% di bulan Februari.

Baca Juga: Yield Masih Berpotensi Turun, Obligasi Bisa Jadi Safe Haven di Tahun Ini

Hal itu disebabkan karena pada bulan Februari inflasi di Amerika Serikat (AS) masih sangat tinggi, tingkat pengangguran masih rendah, dan non-farm payroll yang jauh lebih tinggi dari ekspektasi.

“Selain itu, nilai tukar rupiah juga sempat menyentuh di level Rp 14.000-an di bulan Februari 2023,” ujarnya saat ditemui di kantor Mirae Asset, Kamis (13/4).

Sementara, di bulan Maret 2023, faktor pendorong penurunan yield obligasi Indonesia 10 tahun adalah krisis perbankan di AS yang ditandai dengan runtuhnya Silicon Valley Bank (SVB).

“Dengan adanya krisis perbankan, market beranggapan bahwa kebijakan The Fed menimbulkan ketidakstabilan atas sistem perbankan AS, sehingga mungkin arah suku bunga The Fed tidak akan naik terlalu tinggi lagi,” ungkapnya.

Rully mengatakan, krisis perbankan menjadi pertanda bahwa sebentar lagi akan terjadi resesi di AS. Prediksi Rully, AS akan mengalami resesi jika tidak di semester I 2023, maka akan terjadi di kuartal III 2023.

Hal tersebut pun menimbulkan spekulasi bahwa akan ada peluang bahwa The Fed akan kembali menurunkan suku bunga di bulan September 2023.

Baca Juga: Suku Bunga Sudah Tinggi, Prospek Investasi Obligasi Tahun Ini Positif

Rully melihat, yield obligasi Indonesia tenor 10 tahun di tahun 2023 pun akan turun sampai 6,4%. Level itu akan tercapai setidaknya di bulan Mei 2023.

“Namun, ke depan ini mungkin akan terjadi adjusment berdasarkan data-data ekonomi AS yang muncul nanti,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×