Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG mewanti-wanti seluruh masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem di masa peralihan atau pancaroba, dari musim kemarau ke musim hujan.
"Cuaca ekstrem berpotensi besar terjadi selama musim peralihan. Mulai dari hujan disertai petir dan angin kencang hingga hujan es," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam siaran pers, Kamis (23/9).
Menurut Dwikorita, arah angin bertiup sangat bervariasi, sehingga mengakibatkan kondisi cuaca bisa dengan tiba-tiba berubah dari panas ke hujan atau sebaliknya.
Tapi, secara umum biasanya cuaca di pagi hari cerah, kemudian siang hari mulai tumbuh awan, dan hujan menjelang sore hari atau malam.
Dwikorita menyebutkan, awan Cumulonimbus (CB) biasanya tumbuh di saat pagi menjelang siang. Bentuknya seperti bunga kol, dengan warna keabu-abuan dengan tepian yang jelas.
Baca Juga: Inilah 4 jenis petir yang perlu diketahui
Kemudian, menjelang sore hari, awan CB akan berubah menjadi gelap yang bisa menyebabkan hujan, petir, dan angin kencang.
"Curah hujan bisa menjadi salah satu pemicu bencana hidrometeorologi basah, seperti banjir bandang dan tanah longsor. Karenanya, kepada masyarakat yang tinggal didaerah perbukitan yang rawan longsor, kami mengimbau untuk waspada dan berhati-hati," ujarnya.
Hampir sebagian wilayah Indonesia
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, tanda-tanda terjadinya cuaca ekstrem bisa mulai dirasakan di wilayah Jabodetabek.
Pada 21 September lalu, hujan es yang disertai angin kencang terjadi di sekitar Kota Depok dan menyebabkan pohon tumbang serta menimbulkan beberapa kerusakan lainnya.
Baca Juga: Kenapa bisa terjadi hujan es? Ini penjelasan dan tandanya