Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2020 merupakan tahun yang berat bagi industri perbankan. Pandemi covid-19 yang memukul sebagian besar sektor bisnis membuat perbankan hanya bisa fokus membantu debitur agar bisa bertahan menghadapi tekanan lewat program restrukturisasi kredit. Sementara ekspansi sangat terbatas mengingat sektor usaha sulit melakukan ekspansi.
Prospek industri perbankan tahun 2021 diperkirakan sangat tergantung pada perkembangan pandemi. Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan, kondisi perekonomian akan ditentukan oleh perkembangan pandemi tersebut.
Apabila pademi lebih cepat berakhir maka pemulihan ekonomi bisa lebih awal sehingga permintaan kredit akan meningkat. "Dengan asumsi pandemi berakhir pada kuartal II 2021 dan pemulihan ekonomi terjadi di kuartal III, saya meyakini pertumbuhan kredit bisa lebih tinggi dari proyeksi Bank Indonesia (BI) dan OJK. Jadi ini akan sangat ditentukan kapan pandemi berakhir," jelas Piter kepada Kontan.co.id, Selasa (29/12).
Baca Juga: Mantan bos LPS hingga stafsus Sri Mulyani diangkat jadi komisaris IFG
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melihat akan ada pemulihan ekonomi tahun depan seiring dengan perkembangan dari pengadaan vaksin Covid-19. Namun, OJK melihat penyaluran kredit tahun 2021 belum akan bisa kembali normal seperti masa sebelum pandemi muncul.
OJK memproyeksikan kredit hanya bisa tumbuh sekitar 6%-7% tahun depan. Wimboh Santoso, Ketua Dewan Komisioner OJK dalam outlook ekonomi Indonesia pada 22 Desember 2020 mengatakan, pertumbuhan kredit belum bisa mencapai kondisi normal walaupun banyak sentimen positif yang akan mendorong pemulihan ekonomi karena masih harus menkonpensasi penurunan yang terjadi pada tahun 2020.
Wimboh menekankan, target tersebut hanya bisa dicapai dengan catatan tidak ada berita-berita mengejutkan dan tidak ada gelombang baru dari kasus Covid-19. Bahkan untuk bisa mencapai target 6%-7%, lanjutnya, seluruh stakeholder harus berupaya menciptakan demand dengan mendorong penciptaan lapangan kerja di sektor-sektor yang prospektif. Sumber pertumbuhan ke depan masih akan didorong oleh konsumsi.
Untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional tahun depan, OJK masih akan tetap fokus pada segmen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dengan menerapkan teknologi dalam memperluas akses maupun dari sisi penilaian kredit, Me-redesign arsitek industri keuangan agar lebih kokoh dalam menghadapi krisis, mendorong transformasi digital sektor jasa keuangan, dan penguatan perlindungan konsumen.
Sedangkan kondisi likuiditas diperkirakan masih akan aman. OJK memproyeksikan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) perbankan akan tumbuh sekitar 11%-12% tahun 2021.
Baca Juga: Bank Mandiri (BMRI) menyuntik modal Bank Mantap lewat rights issue
Bank Indonesia (BI) lebih optimistis lagi dengan prospek positif industri perbankan. BI menargetkan pertumbuhan kredit tumbuh sekitar 7%-9%. BI yakin pemulihan ekonomi nasional pada tahun 2021 dapat terwujud pada 2021 karena vaksinasi akan berjalan secara bertahap sehingga mobilitas manusia akan semakin baik.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pemulihan ekonomi itu akan berjalan dengan lima strategi respon kebijakan yakni pembukaan sektor produktif dan aman, percepatan stimulus fiskal, peningkatan kredit dari sisi permintaan dan penawaran, stimulus moneter dan kebijakan makroprudensial, dan digitalisasi ekonomi dan keuangan, khususnya UMKM.
Senada dengan regulator, perbankan melihat tantangan tahun depan masih pandemi Covid-19. Meskipun mereka optimis ekonomi akan lebih baik dari 2020 namun masih tetap hati-hati dalam memasang target kredit.
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) hanya menargetkan kredit tumbuh sekitar 4%-6% dengan asumsi target pemerintah melakukan vaksinasi Covid-19 terhadap 100 juta penduduk Indonesia bisa dicapai pada Juni 2021. Jika itu tercapai maka aktivitas ekonomi akan bisa normal 90% mulai Juli hingga Desember. "Tetapi kalau program vaksinasi ini mundur dan ekonomi masih seperti sekarang, proyeksi penyaluran kredit mungkin bisa 4% ke bawah saja," kata Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA.