kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Vale Indonesia Siap Penuhi Kebutuhan Bijih Nikel untuk Proyek Smelter yang Dibangun


Rabu, 06 Juli 2022 / 06:45 WIB
Vale Indonesia Siap Penuhi Kebutuhan Bijih Nikel untuk Proyek Smelter yang Dibangun

Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) memastikan siap memenuhi kebutuhan bijih nikel untuk proyek smelter yang tengah dibangun.

Tercatat, saat ini Vale memiliki satu smelter di Sorowako dengan kapasitas 70 ribu ton nikel dalam matte. Selain proyek eksisting tersebut, Vale merencanakan pembangunan tiga smelter baru.

"(Kebutuhan bijih) dari Vale, kita integrasi," kata Direktur Utama Vale Indonesia Febriany Eddy ditemui di Gedung DPR RI, Selasa (5/7).

Baca Juga: Kontrak Karya INCO Berakhir Tahun 2025, Komisi VII DPR Mulai Dorong Divestasi

Febriany pun memastikan produksi dari area operasi sendiri masih memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan bijih nikel untuk tiga smelter baru. Untuk itu, ia memastikan upaya utilisasi lahan juga akan dilakukan oleh vale ke depannya.

Febriany mengungkapkan, saat ini permintaan untuk bijih nikel memang kian meningkat. Kontan mencatat, tiga proyek yang kini tengah digarap oleh Vale meliputi tiga pabrik pengolahan baru. 

Pertama, fasilitas pengolahan nikel di Sulawesi Tengah yang akan terdiri dari delapan lini Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) dengan perkiraan produksi sebesar 73.000 metrik ton nikel per tahun beserta fasilitas pendukungnya.

Febriany menjelaskan, pembangunan fasilitas Jetty kini tengah dilakukan untuk proyek ini.

Baca Juga: Vale Indonesia (INCO) Incar Kenaikan Produksi Tiga Kali Lipat pada Tahun 2025

"Perizinan belum tuntas semua tapi hampir sebagian besar sudah ada, jadi sudah bisa jalan," kata Febriany. 

Kedua, proyek HPAL di Pomala untuk menghasilkan Produk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dengan potensi kapasitas produksi hingga mencapai 120.000 metrik ton nikel per tahun.

Febriany mengungkapkan, pembangunan fasilitas pelabuhan sudah dilakukan. Kendati demikian, proses pembangunan pabrik masih terus berlangsung. Pasalnya, pabrik ini  mengalami perubahan rencana kapasitas dari semula sebesar 40 ribu ton menjadi 120 ribu ton. 

Ketiga, pabrik baru di Sulsel berkapasitas 60 ribu ton dalam MHP. 

 

"Feasibility Study (FS) sudah selesai, kita dalam progres membuat program yang detail," terang Febriany.

Febriany memastikan proyek-proyek ini diharapkan dapat rampung setidaknya dalam tiga tahun ke depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×