Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Moderna Inc akan mengajukan izin penggunaan darurat di Amerika Serikat (AS) dan Eropa, setelah hasil penuh dari studi tahap akhir menunjukkan vaksin virus corona baru mereka 94,1% efektif tanpa masalah keamanan yang serius.
Moderna juga melaporkan tingkat kemanjuran vaksin virus corona mereka konsisten untuk semua usia, ras, etnis, dan jenis kelamin, serta memiliki tingkat keberhasilan 100% dalam mencegah kasus parah Covid-19.
Pengajuan tersebut menetapkan produk Moderna menjadi vaksin kedua yang kemungkinan menerima otorisasi penggunaan darurat AS tahun ini, setelah vaksin Pfizer dan BioNTech yang memiliki tingkat kemanjuran 95% dalam uji coba.
"Kami yakin, kami memiliki vaksin yang sangat mujarab. Kami sekarang memiliki data untuk membuktikannya," kata Chief Medical Officer Moderna Tal Zaks, Senin (30/11), seperti dikutip Reuters. "Kami berharap, bisa memainkan peran utama dalam mengatasi pandemi ini".
Baca Juga: WHO: Pandemi corona tidak mungkin berakhir dalam beberapa bulan ke depan
Selain mengajukan permohonan di AS, Moderna juga akan meminta persetujuan bersyarat dari European Medicines Agency, yang telah memulai peninjauan ulang datanya. Dan, mereka akan terus berkomunikasi dengan regulator lain.
Sementara Pfizer telah mengajukan izin penggunaan darurat di AS dan Eropa, sekitar seminggu lebih cepat dari Moderna.
Menurut Moderna, pihaknya akan memiliki sekitar 20 juta dosis vaksin yang siap mereka kirim ke AS pada akhir 2020, cukup untuk menyuntik 10 juta orang.
Hanya, hasil kemanjuran terbaru Moderna sedikit lebih rendah dari analisis sementara yang mereka rilis pada 16 November dengan efektivitas 94,5 persen. Perbedaan ini, menurut Zaks, tidak signifikan secara statistik.
"Pada tingkat keefektifan ini, ketika Anda hanya menghitung apa artinya pandemi yang berkecamuk di sekitar kita, itu luar biasa," kata Zaks yang mengaku menangis ketika melihat hasil akhir uji coba akhir pekan lalu.
Selanjutnya: Lockdown berhasil turunkan angka infeksi COVID-19 hingga 30% di Inggris
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News