Reporter: Ratih Waseso | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Epidemiolog dari Universitas Airlangga (Unair), Laura Navika Yamani menuturkan, kondisi saat ini booster vaksinasi tentu sangat diperlukan bagi kelompok yang berisiko tinggi terpapar Covid-19.
"Pastinya untuk saat ini booster diperlukan untuk kelompok berisiko tinggi terpapar Covid-19 seperti nakes karena semakin sering terpapar antibodinya bisa semakin berkurang," kata Laura saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (28/7).
Senada dengan Laura, Epidemiolog Griffith University, Dicky Budiman menambahkan bahwa, melihat data di lapangan bahwa setelah 6 bulan terjadi kenaikan angka kasus tenaga kesehatan yang terinfeksi. Maka booster diperlukan untuk meningkatkan kembali antibodi mereka. "Itulah sebabnya perlu adanya booster, makanya saya bulan lalu mengusulkan booster untuk memberikan perlindungan tambahan," ujarnya.
Adapun untuk jenis vaksin yang digunakan booster idealnya merupakan vaksin yang sama atau yang memiliki platform sama, dan terbukti efektif bagi varian baru terutama varian delta. Namun jika vaksin yang digunakan booster tidak berasal dari merk yang sama Dicky juga tak mempermasalahkan, asalkan terbukti keamanan dan efektivitasnya.
"Nah solusi lainnya yaitu [vaksin platform] messenger RNA. Bagaimanapun kita perlu booster ini. Yang ada saat ini dan memadai khususnya bagi varian delta yang jadi masalah sekarang ya Messenger RNA. Ini yang akhirnya diambil pemerintah dan saya dukung penuh karena secara scientific cukup kuat," jelasnya.
Baca Juga: Pemerintah belum putuskan pemberian booster vaksin Covid-19 untuk jemaah umrah
Untuk pemberian booster, Dicky menegaskan harus diprioritaskan kepada kelompok yang memiliki risiko terpapar sangat tinggi yaitu tenaga kesehatan. Dimana tenaga kesehatan sudah dua kali menerima dosis vaksin pada enam bulan lalu.
"Namanya booster kriteria pertama udah vaksin dua kali pada enam bulan lalu, kedua masuk dalam kategori rawan. Rawan dalam kategori pekerjaan dan rawan dalam kondisi tubuh baik lansia atau komorbid. Jadi tidak bisa merata [booster], harus berbasis publik health," paparnya.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi menyebut, ketentuan booster baru diberikan kepada kelompok tenaga kesehatan. Sedangkan untuk masyarakat umum belum ada ketentuan untuk mendapatkan booster.
"Belum kalau masyarakat lain ya, karena rekomendasi WHO adalah dalam mengatasi pandemi lebih baik, lebih banyak orang yang mendapatkan dosis lengkap satu dan dua untuk mengatasi pandemi," kata
Hingga saat ini Nadia menegaskan, WHO belum memberikan rekomendasi untuk booster ketiga, terutama bagi masyarakat umum.
Selanjutnya: Antibodi Vaksin Sinovac Hanya Bertahan 6 Bulan, Benarkah?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News