kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.913   12,00   0,08%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

USD Diramal Tertekan, Simak Mata Uang yang Bisa Dilirik untuk Investasi Valas


Selasa, 18 Juli 2023 / 08:30 WIB
USD Diramal Tertekan, Simak Mata Uang yang Bisa Dilirik untuk Investasi Valas

Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor dalam negeri dinilai dapat memanfaatkan momentum tertekannya dolar Amerika Serikat (AS) seiring penurunan inflasi di Negeri Paman Sam.

Meski begitu, pada Senin (17/7) dolar AS menguat dari sejumlah mata uang Asia. Misalnya terhadap rupiah menguat 0,36% menjadi Rp 15.013 per dolar AS, lalu terhadap dolar Taiwan menguat 0,56%, dan terhadap ringgit Malaysia menguat 0,54%.

Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengatakan, penguatan dolar AS bersifat sementara seiring aksi bargain hunting dari kejatuhan yang dialami sepanjang perdagangan minggu lalu. Turunnya laju inflasi nantinya menjadi pertanda bagi the Fed untuk segera mengakhiri kenaikan suku bunga.

Meski pada pertemuan Juli masih ada ruang kenaikan, banyak kalangan menilai bahwa Fed akan memberi sinyal bahwa fase kenaikan suku bunga sudah berakhir. 

Baca Juga: Suku Bunga Menuju Puncak, Harga Emas Diproyeksikan Menguat

"Bila sikap ini muncul menandakan sikap dovish Fed dan ini makin memperdalam tekanan terhadap dolar AS," jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (17/7).

Selain itu, lanjutnya, ditambah lagi disinflasi terus berlanjut pada indeks harga konsumen dan ancaman deflasi bila melihat dari indeks harga produsen.

Nah, dengan penurunan inflasi dinilai akan berdampak pada pengetatan moneter Fed yang terhenti dan pada akhirnya membuat Fed bersikap untuk mengambil kebijakan moneter barunya dengan pertimbangan faktor dari data terbaru, baik dari sektor tenaga kerja, inflasi, dan manufaktur. 

"Dolar AS bisa makin melemah," katanya.

Nanang mencermati, inflasi menurun suku bunga terancam dipangkas dan pada akhirnya investor akan menghindari dolar (pelepasan dolar) dan memicu perburuan terhadap aset berisiko. Ia pun menilai rivalitas utama akan mendapatkan keuntungan.

"Di sisi lain, untuk kalangan domestik dengan melemahnya dolar menjadi momenntum untuk dimiliki karena murahnya nilai tukar dolar terhadap rupiah," katanya.

Hingga akhir tahun pun, rupiah diprediksi akan berada di rentang harga Rp 14.200 - Rp 14.600 per dolar AS. Adapun indeks dolar diperkirakan masih akan berada di bawah level 100 dengan rentang 94-97.

Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Lagi pada Selasa (18/7), Sentimen Eksternal Mendominasi

Sementara jika hendak melirik mata uang lainnya, Nanang melihat Poundsterling dan Euro menarik untuk dicermati. Hal ini karena potensi kenaikan berlanjut seiring pelemahan dolar dan kebijakan masing-masing bank sentral yang masih menekan laju inflasi melalui kenaikan suku bunga.

Adapun untuk EURUSD diperkirakan akan terus berlanjut menguat dan mengejar area US$ 1,150 - US$ 1,1800. Sementara EUR/IDR pada rentang Rp 17.100 - Rp 17.500.

Kemudian untuk GBP/USD akan membuka zona atas baru pada US$ 1,350 - US$ 1,420. Kemudian untuk GBP/IDR akan kembali bergerak ke Rp 20.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×