Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Perwira tinggi militer Amerikat Serikat (AS) Jenderal Mark Milley, berbicara melalui telepon dengan Kepala Staf Umum Rusia Valery Gerasimov, kata Pentagon pada Kamis (19/5). Ini merupakan percakapan pertama antara kedua jenderal top AS-Rusia sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari.
"Para pemimpin militer membahas beberapa masalah terkait keamanan yang menjadi perhatian dan sepakat untuk menjaga jalur komunikasi tetap terbuka," kata juru bicara Milley, ketua Kepala Staf Gabungan AS.
"Sesuai dengan praktik sebelumnya, detail spesifik dari percakapan mereka akan dirahasiakan," tambah juru bicara itu.
Pembacaan militer AS tidak menyebutkan masalah spesifik apa pun yang dibahas. Kantor berita RIA, mengutip kementerian pertahanan Rusia, mengatakan kedua pemimpin militer membahas isu-isu "kepentingan bersama," termasuk Ukraina.
Baca Juga: Lawan Blokade Laut Rusia, AS bakal Pasok Rudal Anti-Kapal Canggih ke Ukraina
Panggilan itu terjadi setelah Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin berbicara dengan mitranya dari Rusia pekan lalu, dan kepala Pentagon menyerukan gencatan senjata segera di Ukraina.
Amerika Serikat dan Rusia telah membentuk hotline sejak invasi, yang disebut Moskow sebagai "operasi militer khusus," dimulai pada 24 Februari untuk mencegah salah perhitungan dan pelebaran konflik.
Hotline "deconfliction" adalah saluran telepon terbuka yang berbasis di markas Komando Eropa di Stuttgart, Jerman, dan berada di bawah Jenderal Angkatan Udara Tod Wolters, yang memimpin semua pasukan AS di Eropa.
Berbicara di Brussels pada hari Kamis, Wolters mengatakan dia berharap pembicaraan antara Milley dan Gerasimov adalah satu langkah lebih dekat ke solusi diplomatik di Ukraina.
Baca Juga: Rusia Gunakan Senjata Laser Generasi Baru di Ukraina, Bisa Membakar Drone
Namun, tampaknya ada sedikit momentum di bidang diplomatik, lebih dari dua bulan setelah dimulainya invasi Rusia, yang telah menyebabkan ribuan orang tewas atau terluka, membuat kota-kota menjadi puing-puing, dan memaksa lebih dari 5 juta orang mengungsi ke luar negeri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News