Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan PT Pertamina kabarnya akan melakukan uji coba pasar bensin yang mengandung bioethanol 5% di tengah tahun ini. Melalui cara ini diharapkan pemanfaatan bahan bakar nabati (BBN) di sektor transportasi akan semakin berkembang.
Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Edi Wibowo menjelaskan penggunaan bioethanol untuk dicampur (blending) dengan gasoline merupakan salah satu program Kementerian ESDM demi peningkatan penggunaan BBN.
Pemanfaatan BBN sudah memiliki payung hukum yaitu Peraturan Menteri (Permen) ESDM No 12 Tahun 2015.
“Tetapi dalam implementasinya masih banyak tantangan, antara lain terbatasnya produksi bioethanol dan belum adanya insentif selisih kurang Harga Indeks Pasar (HIP) gasoline dengan bioethanol,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (26/5).
Maka itu, Kementerian ESDM terus berkoordinasi dan mendorong stakeholder untuk dapat mewujudkannya.
Baca Juga: Beli Solar & Pertalite Di Jakarta Wajib Daftar Subsiditepat.mypertamina.id, Cek Cara
Menurut Edi, pencampuran bioethanol dengan gasoline tidak menghadapi permasalahan yang signifikan. Sejatinya di 2009 hingga 2010 proses ini sudah berjalan, bahkan Gaikindo sudah siap. Sedangkan PT Pertamina dan Lemigas juga sudah pernah mengujinya.
“Dulu sudah implementasi Bioethanol 2% (E2) tetapi karena harganya terlalu tinggi dan tidak ada insentif jadi berhenti,” terangnya.
Nah di tahun ini, BBN akan semakin didorong untuk menurunkan emisi di sektor transportasi. Rencananya, Kementerian ESDM akan melakukan uji coba pasar (market trial) di Surabaya bersama Pertamina pada akhir Juni atau Juli 2023.
“Rencana ini terus difinalisasi dengan dikoordinasikan bersama pihak-pihak terkait, mudah-mudahan dapat segera terwujud,” terangnya.
Adapun proses market trial di Surabaya akan dijalankan dan dievaluasi secara berkala yakni tiga bulan sekali. Jika berhasil tinggal kemudian implementasinya diperluas.
Sebelumnya Director of Strategic Planning & Business Development PT Pertamina Power Indonesia, Fadli Rahman menyatakan, saat ini proses pencampuran bioethanol dengan gasoline sedang dalam tahap tindak lanjut uji jalan.
“Selain itu proses kajian juga dilakukan untuk infrastruktur dan rantai pasok pendukungnya,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (25/5).
Namun, Fadli belum bisa membeberkan rencana ini lebih rinci lantaran pihak yang berperan besar ialah fungsi RTI (Riset, Teknologi, dan Inovasi) Pertamina Holding.
Komite BPH Migas, Saleh Abdurrahman menjelaskan dalam rangka transisi energi di sektor transportasi maka bioethanol harus segera dikembangkan.
“Pemanfaatan bioethanol dapat menurunkan impor minyak mentah dan menaikkan industri lokal,” jelasnya beberapa waktu lalu.
Saleh pun melihat keberhasilan negara tetangga seperti Filipina dan Thailand yang berhasil memanfaatkan bioethanol generasi satu dengan ampas tebu dan generasi dua dengan rumput gajah. Melaui upaya tersebut, kedua negara itu bisa menurunkan ketergantungannya pada bahan bakar impor.
Baca Juga: Pertamina Operasikan Lebih dari 6.000 Pertashop di Seluruh Indonesia Per April 2023
Saleh berharap agar pengembangan bioethanol diberikan insentif supaya perlahan bisa berjalan dan bisa bersaing dengan harga gasoline.
Saat ini sudah ada beberapa kebijakan bahan bakar nabati yang sudah berjalan. Selain itu, menurut Saleh, peresmian pabrik bioethanol di Jawa Timur merupakan kemajuan yang sangat baik.
Saleh mengatakan, berdasarkan data Kementerian ESDM, saat ini total produksi bioetanol fuel grade sudah mencapai 40.000 KL per tahun.
Namun demikian, produksi ini masih jauh di bawah kebutuhan 696.000 KL per tahun untuk pengimplementasian tahap awal di daerah Jawa Timur dan Jakarta.
Kementerian ESDM pernah menjelaskan, pasokan bioetanol yang tersedia dari PT Enero dan PT Molindo sebagai produsen bioetanol fuel grade baru dapat memasok sekitar 5.7% saja kebutuhan Jawa Timur dan Jakarta. Artinya dari sisi supply harus ditingkatkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News