kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Twitter gembok akun Donald Trump selama 12 jam, bisa blokir permanen


Kamis, 07 Januari 2021 / 14:40 WIB
Twitter gembok akun Donald Trump selama 12 jam, bisa blokir permanen

Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Twiiter pagi ini, Kamis (7/1), mulai menangguhkan sementara akun resmi milik Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump setelah ia mencuitkan pesan dukungan terhadap aksi massa yang turun ke Capitol saat Kongres bertemu untuk mengesahkan hasil pemilihan November.

Melalui pengumuman resminya, Twitter mengatakan telah mengunci akun Trump selama 12 jam. Twitter juga meminta Trump menghapus tiga tweet yang sebelumnya dianggap menghasut pengikutnya untuk melakukan kekerasan.

"Sebagai akibat dari situasi kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan sedang berlangsung di Washington DC, kami mewajibkan penghapusan tiga Tweet @realDonaldTrump yang diposting sebelumnya hari ini karena pelanggaran berulang dan berat terhadap kebijakan Integritas Sipil kami," tulis akun keamanan Twitter, @TwitterSafety pagi ini.

Baca Juga: Kisruh massa Trump di Gedung Capitol, Joe Biden: Ini bukan protes, ini pemberontakan

Lebih lanjut, Twitter memperingatkan akun Trump akan dikunci selama 12 jam setelah Tweet tersebut dihapus. Jika Tweet tidak dihapus, akun tersebut akan tetap terkunci.

Bukan cuma itu, Twitter juga mengancam akan memberikan suspensi permanan terhadap akun Trump jika ke depannya kembali melanggar aturan.

"Pelanggaran Peraturan Twitter di masa mendatang, termasuk kebijakan Integritas Sipil atau Ancaman Kekerasan, akan mengakibatkan penangguhan permanen akun @realDonaldTrump," tambah akun @TwitterSafety.

Sebelum peringatan ini dikeluarkan, Twitter memberikan label peringatan untuk tiga cuitan Trump, di antaranya berisi video pujian terhadap pihak yang bertanggung jawab atas kerusuhan.

Bagi Twitter, pesan tersebut menimbulkan risiko kekerasan. Tidak hanya Twitter, Facebook dan YouTube juga akhirnya menghapus video tersebut dari platform mereka.

Selanjutnya: Trump melarang transaksi digital menggunakan Alipay dan 7 aplikasi China lainnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×