kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Trans Power Marine Tbk (TPMA) membuka opsi untuk membeli kapal baru


Senin, 15 Februari 2021 / 10:35 WIB
Trans Power Marine Tbk (TPMA) membuka opsi untuk membeli kapal baru

Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Trans Power Marine Tbk (TPMA) membuka opsi untuk membeli kapal baru. Pertimbangan ini didasarkan pada optimisme perusahaan dalam melihat prospek bisnis jasa pengangkutan kapal atas komoditas batubara hingga beberapa tahun ke depan.

Direktur Trans Power Marine Rudy Sutiono mengatakan, permintaan batubara di dalam negeri masih cukup besar. Di samping itu, volume ekspor batubara ke beberapa tujuan seperti China dan India juga belakangan cenderung meningkat setiap tahunnya. Kedua hal ini, menurut Rudi, berpotensi memberi dampak positif bagi bisnis jasa angkutan pelayaran untuk komoditas batubara ke depannya.

“Kita melihatnya dari pengalaman berapa tahun terakhir, khususnya sejak TPMA go public dalam 7-8 tahun terakhir. Kami melihat bahwa industri ini (jasa angkutan kapal untuk batubara) dapat terus bertahan meski di tengah krisis,” kata Rudi kepada Kontan.co.id, Sabtu (13/2).

Pernyataan Rudi sejalan dengan data volume ekspor batubara selama 2016-2019 yang diolah oleh Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia - Indonesian Coal Mining Association (APBI-ICMA) dari berbagai sumber. 

Tercatat, volume ekspor batubara Indonesia meningkat berturut-turut dari semula 370,3 juta ton di tahun 2016 menjadi 389,33 juta ton di 2017, lalu kemudian kembali tumbuh menjadi 429,04 juta ton di tahun 2018 dan 454,5 juta ton di tahun 2019.

APBI-ICMA belum merilis data volume ekspor batubara tahun buku 2020 untuk satu tahun penuh di website resminya, namun data APBI-ICMA terkini menunjukkan bahwa volume ekspor batubara Indonesia di sepanjang Januari-Juli 2020 mencapai sekitar 238 juta ton, setara dengan sekitar 52,36% realisasi volume ekspor batubara Indonesia di sepanjang tahun 2019. Dilihat berdasarkan destinasinya, China dan India tercatat menjadi 2 negara dengan porsi kontribusi terbesar dalam menyerap ekspor batubara Indonesia.

Baca Juga: Dua Investor Trans Power Lego 6,76% Saham TPMA, Harganya Hanya Rp 230 Per Saham?

Bersamaan dengan kenaikan volume ekspor batubara Indonesia yang meningkat, pendapatan usaha TPMA juga tercatat mengalami peningkatan berturut-turut selama 2017-2019. Mengutip laporan tahunan perusahaan di tahun 2019, pendapatan usaha TPMA tumbuh dari semula US$ 37,71 juta di tahun 2017 menjadi US$ 43,87 juta di tahun 2018 lalu kembali naik jadi US$ 47,68 juta di tahun 2019. 

Di awal tahun 2021, kata Rudi, permintaan jasa  angkutan kapal untuk komoditas batubara dinilai masih bergairah seiring meningkatnya permintaan ekspor batubara ke China. Bersamaan dengan hal ini, utilisasi armada TPMA ikut terdongkrak hingga mencapai 100%. 

Kebetulan, TPMA memang memberikan jasa pengangkutan batubara dengan menggunakan kapal-kapal berukuran 300-330 feet berkapasitas 7.500 ton-10.000 ton milik perusahaan ke kapal pihak lain yang lebih besar (transhipment) untuk kemudian diekspor ke China.  Makanya, TPMA optimistis mengejar pertumbuhan pendapatan sekitar 5%-10% tahun ini.

Sejumlah kondisi ini pula yang memberi optimisme kepada TPMA bahwa bisnis jasa angkutan kapal untuk komoditas batubara masih memiliki prospek yang baik ke depannya. Meski begitu, Rudi mengaku belum bisa memberi kepastian soal jadi tidaknya realisasi pembelian kapal baru, sebab TPMA memiliki panduan kriterianya sendiri dalam membeli kapal.

Oleh karenanya, realisasi pembelian hanya akan dilakukan apabila TPMA menemukan kandidat kapal dengan harga yang sesuai dengan kriteria TPMA. Yang terang, beberapa kriteria kapal yang dicari antara lain berumur 1-5 tahun serta berukuran 300-330 feet dengan kapasitas 7.500 ton-10.000 ton. 

Dana pembelian kapal akan memanfaatkan sebagian anggaran belanja modal atawa capital expenditure (capex) TPMA tahun ini yang totalnya berkisar Rp 70 miliar - Rp 80 miliar. “Kami tetap melihat (mempertimbangkan) apabila memang ada kapal yang mau dijual.  Tentunya kami akan melihat kondisinya dahulu, apakah kondisinya dan harganya sesuai dengan yang kami harapkan,” tutur Rudi.

Selanjutnya: Trans Power Marine (TPMA) kejar pertumbuhan kinerja 5%-10% di tahun 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×