kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.396.000   10.000   0,72%
  • USD/IDR 16.295
  • IDX 7.288   47,89   0,66%
  • KOMPAS100 1.141   4,85   0,43%
  • LQ45 920   4,23   0,46%
  • ISSI 218   1,27   0,58%
  • IDX30 460   1,81   0,40%
  • IDXHIDIV20 553   3,30   0,60%
  • IDX80 128   0,57   0,44%
  • IDXV30 130   1,52   1,18%
  • IDXQ30 155   0,78   0,50%

Tingkatkan Omzet, Begini Strategi Bisnis Industri Fashion pada Kuartal III-2023


Rabu, 12 Juli 2023 / 06:45 WIB
Tingkatkan Omzet, Begini Strategi Bisnis Industri Fashion pada Kuartal III-2023

Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jelang Kuartal III-2023, para pelaku bisnis bidang retail terutama di bidang fashion dinilai harus memiliki jurus jitu untuk menambah omzet.

Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengatakan setelah lebaran adalah masa kritis bagi pengusaha retail di Indonesia.

Ini dibuktikan dari data IDX-Cyclical, pada penutupan perdagangan sesi kedua Senin (10/7/2023) hingga pukul 16.00 WIB lalu, ada 5 emiten ritel yang melemah.

Mereka adalah PT Map Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA), PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI).

Baca Juga: IHSG Berpeluang Lanjut Menguat Esok, Simak Rekomendasi Saham Pilihan Berikut

Khusus retail pakaian, Budihardjo mengatakan sampai saat ini memang masih berat. Tidak hanya masa-masa tertentu saja, meski telah terbebas dari Covid-19, pengusaha di bidang ini harus putar otak lebih cepat.

“Meskipun sekarang sudah tidak Covid, tapi ini dikarenakan banyak faktor. Utamanya karena sekarang banyak barang-barang yang dijual secara live shopping, ya jadi orang shopping bisa langsung lihat baju begitu dari aplikasi,” jelas Budihardjo saat dihubungi Kontan (11/07).

Bukan hanya bersaing dengan aplikasi shopping, pelaku usaha juga harus berjibaku dengan pakaian yang masuk ke Indonesia lewat cara thrifting.

“Ini kan barang bekas ya yang menyelundup dari luar negeri, jadi bukan persaingan sehat di dalam negeri,” ungkapnya.

Kemudian banyaknya pakaian-pakaian yang tidak memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) yang beredar dipasaran juga menjadi sandungan lain.

“Sehingga lebih murah dan tidak perlu bayar pajak produsennya,” jelasnya.

Ini juga yang menurut dia membuat fashion dan garmen industri di Indonesia ini berat untuk bangkit.

Baca Juga: Hippindo Sebut Penjualan Ritel Meningkat 30% pada Momentum Libur Lebaran

Meski begitu Budihardjo mengatakan, dirinya dan para pengusaha yang tergabung dalam Hippindo menerapkan beberapa jurus demi menambah omzet, salah satunya adalah dengan mengadakan Indonesia Great Sale atau Hari Belanja Diskon.

“Cara dari kami, pertama harus melakukan banyak event, kemudian harus mendatangkan banyak turis luar negeri, karena mereka kalau datang pasti belanja baju dan makanan,” jelas dia.

Cara lain adalah dengan aktif melakukan branding termasuk dengan membuka cabang di daerah-daerah dan tak terpusat di kota besar saja.

“Lalu buka cabang lagi yang sifatnya win-win. Artinya buka cabang lagi di daerah-daerah di Indonesia jadi tidak terpusat di kota-kota saja,” tambah dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×