kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

The Fed ubah kebijakan moneter, volatilitas pasar bisa kembali tinggi


Sabtu, 16 Oktober 2021 / 06:00 WIB
The Fed ubah kebijakan moneter, volatilitas pasar bisa kembali tinggi

Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID -  NEW YORK. Pasar keuangan Amerika Serikat (AS) tengah anteng sekarang. Volatilitas pasar keuangan Amerika Serikat (AS) memang telah menurun sejak September lalu. Namun, para bankir terkemuka di AS memperingatkan bahwa ketidakstabilan dapat segera kembali dikarenakan kebijakan-kebijakan yang diambil bank sentral AS, Federal Reserve.

Dalam pertemuan pekan ini, para eksekutif di perusahaan-perusahan bank besar AS mengatakan, perubahan harga bisa kembali karena The Fed berusaha memperlambat dan bisa membalikkan kebijakan easy money atau kebijakan moneter longgar yang diluncurkan tahun lalu untuk melindungi ekonomi dari dampak pandemi COVID-19.

"Ada baiknya untuk waspada sekarang. Pasar sedikit rebound dan selama 18 bulan ke depan, kita akan melihat lebih banyak lagi saat The Fed mulai bergerak." ujar CEO Morgan Stanley (MS) James Gorman seperti dikutip dari Yahoo Finance, Jumat (15/10). 

VIX, yang selama ini menjadi ukuran utama volatilitas pasar, telah melayang di bawah level 2020 karena The Fed secara bertahap mengomunikasikan niatnya untuk mulai memperlambat apa yang disebut program pelonggaran kuantitatif pada awal bulan depan. 

Baca Juga: Jelang tapering, reksadana saham berdenominasi dolar AS dinilai makin menarik

Begitu The Fed memulai proses itu, The Fed akan mengurangi pembelian obligasi bulanan senilai US$ 120 miliar serta pembelian sekuritas yang didukung hipotek dan agen. Ke depan, pejabat Fed juga membicarakan kemungkinan kenaikan suku bunga pertama pada akhir 2022.

CFO Citigroup Mark Mason mengatakan, volatilitas pasar melalui kebijakan The Fed itu mungkin merupakan hal yang baik. Menurutnya, semua faktor tersebut berperan dalam penentuan posisi investor.

"Ketika investor melihat ke posisi berdasarkan volatilitas itu, itu menciptakan peluang bagi kami untuk membuat pasar bagi mereka." ujar Mason

Saat ini, pemulihan ekonomi AS membangun optimisme di antara bank-bank besar bahwa mereka dapat menumbuhkan saluran untuk kredit konsumen. Beberapa analis bank mengatakan bahwa melalui transisi kebijakan The Fed ini, sektor bank akan tetap menjadi pemenang di antara saham keuangan lainnya.

Merujuk pada pertemuan terakhir The Fed, proses pengurangan pembelian obligasi pada bulan November dapat berlanjut di minggu-minggu berikutnya. Bahkan, The Fed akan menghentikan pembelian sepenuhnya pada pertengahan tahun depan.

The Fed pun telah mengakui risiko reaksi pasar yang buruk tidak hanya di AS namun secara global. Namun, langkah The Fed untuk memberikan pemberitahuan kebijakan ini jauh-jauh hari agar bisa mengurangi risiko yang ditimbulkan.

CFO Wells Fargo (WFC) Mike Santomassimo mengatakan, dia merasa The Fed akan dapat menghindari pergerakan "tiba-tiba" di pasar dengan cara seperti ini. Menurutnya, isu tapering tidak akan mengejutkan siapapun karena semua sudah membicarakan dan mempersiapkan antisipasinya.

Jika volatilitas pasar muncul, para eksekutif bank mencatat bahwa perubahan kebijakan moneter tidak mungkin mengguncang pertumbuhan pinjaman dan deposito.  Bahkan ketika The Fed mulai menaikkan suku bunga, biaya deposito mungkin tidak naik secara dramatis. 

Beberapa negara di Asia pun saat ini tampaknya telah bersiap untuk menghadapi dampak dari kebijakan The Fed, salah satunya terkait tapering. Meskipun tetap berhati-hati, situasi pasar di kawasan ini dinilai berada posisi yang lebih baik dan diharapkan tidak akan terulang seperti kejadian taper tantrum di tahun 2013.

Selanjutnya: Punya fundamental baik, investor tidak perlu khawatir dengan naiknya CDS Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×