Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Guna menekan inflasi, sejumlah ekonom memprediksi Federal Reserve akan kembali kenaikan suku bunga 75 basis poin (bps) lagi pada Juli. Lalu, menggerek lagi 50 bps pada September dan 25 bps pada November.
Padahal The Fed telah menaikkan suku bunga dana federal 75 bps pada pekan lalu, mengutip Reuters pada Rabu (22/6). Ini menjadi kenaikan suku bunga terbesar sejak 1994. Langkah ini diambil setelah inflasi secara tak terduga naik.
Hasil jajak pendapat terbaru, yang dirilis pada hari Rabu memprediksi bank sentral AS akan bersikap agresif meskipun kekhawatiran resesi terus meningkat.
Hal ini berimbas pada aksi jual tajam di pasar keuangan. Imbal hasil obligasi juga naik tajam.
Baca Juga: Ada Sanksi AS, China Malah Tambah Impor 2 Juta Barel Minyak Dari Iran
Dalam jajak pendapat Reuters pada 17-21 Juni, 67 dari 91 ekonom, memperkirakan adanya kenaikan suku bunga AS 75 basis poin lagi pada Juli. Hal itu akan membawa suku bunga dana Fed fund ke kisaran 2,25%-2,50%.
Mayoritas responden juga memperkirakan bank sentral akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin lagi pada bulan September. Sementara sebagian responden terpecah tentang apakah akan menaikkan suku bunga sebesar 25 atau 50 basis poin pada bulan November.
Namun mayoritas memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Desember.
Hal itu akan membawa suku bunga dana Fed fund ke kisaran 3,25% -3,50% pada akhir tahun ini. Artinya, 75 basis poin lebih tinggi dari yang diperkirakan dalam jajak pendapat yang diterbitkan sebelumnya.
Baca Juga: Biden Berencana Hubungi Xi Jinping, Sejumlah Isu Ini akan Dibahas
Ketua The Fed Jerome Powell pekan lalu mengisyaratkan bahwa jeda dalam siklus pengetatan saat ini hanya akan mungkin terjadi setelah penurunan inflasi yang cukup signifikan.
"Karena The Fed masih meremehkan masalah inflasi dan tidak menyadari bahwa spiral harga upah telah dimulai, kami memprediksi mereka harus menaikkan suku bunga lebih cepat dari yang mereka proyeksikan saat ini," tulis Philip Marey, ahli strategi senior AS di Rabobank dalam sebuah catatan.
Tingkat inflasi sendiri diramal akan tetap ada di atas target 2% dari Fed hingga setidaknya tahun 2025.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News