Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperkirakan, pengurangan likuiditas (tapering off) dari bank sentral Amerika Serikat (AS) bakal terjadi dalam waktu dekat.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, kemungkinannya, The Fed akan melakukan tapering off dimulai pada November 2021 dan berlanjut di tahun 2022. Namun, Perry mengingatkan, tapering off yang dilakukan oleh The Fed ini bukan berarti peningkatan suku bunga The Fed.
“Kami ingatkan, bahwa tapering off itu terkait pengurangan likuiditas. Bukan kenaikan Fed Fund Rate. Baru, kemungkinan kenaikan suku bunga Fed Fund Rate di kuartal III-2022,” ujar Perry, Selasa (21/9) via video conference.
Nah, tentu saja pengurangan likuiditas ini akan membawa dampak pada Indonesia. Untuk itu, Perry sudah mempersiapkan kuda-kuda untuk menghalau dampak negatif dari tapering off.
Baca Juga: BI tahan suku bunga acuan, sektor-sektor saham ini bisa jadi pilihan
Pertama, dengan melakukan stabilitas nilai tukar rupiah lewat triple intervention, yaitu intervensi di pasar spot, pasar DNDF, dan bahkan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) yang dilepas oleh asing di pasar sekunder.
Kedua, BI bersama dengan pemerintah akan terus menjaga imbal hasil SBN agar tak melonjak tinggi tetapi masih menjadi preferensi investor, untuk menjaga masih adanya aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan dalam negeri.
Ketiga, BI rajin melakukan stress test untuk mengetahui seberapa besar dampak tapering off ini ke pasar keuangan domestik. Sejauh ini, Perry melihat dampak tapering off pada Indonesia mini.
Hal ini seiring dengan komunikasi The Fed yang jelas, nilai tukar rupiah yang stabil, dan ketahanan eksternal Indonesia yang kuat karena rendahnya defisit transaksi berjalan atau current deficit account (CAD) dan tebalnya cadangan devisa.
Selanjutnya: BI sudah lakukan injeksi likuiditas sebesar Rp 122,30 triliun hingga pekan lalu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News