kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,47   7,12   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Terdampak pandemi, rencana ekspansi bisnis Indonesian Tobacco (ITIC) terhambat


Rabu, 27 Oktober 2021 / 07:30 WIB
Terdampak pandemi, rencana ekspansi bisnis Indonesian Tobacco (ITIC) terhambat

Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski dihantam efek pandemi Covid-19, produsen tembakau iris PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) terus berupaya memperkuat bisnisnya di sepanjang tahun 2021.

Dalam berita sebelumnya, ITIC menargetkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih sekitar 10% pada tahun ini. Adapun per semester I-2021, penjualan ITIC naik 6,37% (yoy) menjadi Rp 107,35 miliar. Di saat yang sama, laba bersih tahun berjalan ITIC melesat 38,20% (yoy) menjadi Rp 6,33 miliar.

Direktur Utama Indonesian Tobacco Djonny Saksono menilai, target pertumbuhan penjualan di tahun ini tampak sulit tercapai oleh ITIC seiring adanya pandemi yang mempengaruhi bisnis perusahaan tersebut. “Namun, pertumbuhan laba akan jauh melebih dari target yang kami harapkan,” imbuh dia, Selasa (26/10).

Salah satu rencana ekspansi bisnis ITIC yang terhambat di tahun ini adalah terobosan ekspor ke luar negeri. Maklum, ITIC masih merasakan adanya pembatasan-pembatasan perjalanan ke luar negeri. Alhasil, pengiriman produk seperti tembakau iris sulit dilakukan secara lancar.

Baca Juga: Laba Bersih Indonesian Tobacco (ITIC) di Semester I-2021 Melambung 38,17 Persen

Dalam catatan Kontan, ITIC sempat berencana menjajaki peluang ekspor ke sejumlah negara seperti Afrika Selatan, Taiwan, India, dan China. Tembakau iris yang dikenal sebagai roll your own (RYO) cigarette dinilai memiliki prospek yang menjanjikan di keempat negara tersebut.

Di Afrika Selatan misalnya, tembakau iris cukup digemari mengingat harga rokok yang cukup mahal. Sementara itu, China dan India menjadi pasar yang potensial untuk produk tembakau iris seiring populasi penduduk yang besar di kedua negara tersebut. Per semester I-2021, ITIC mencatatkan penjualan ekspor sebesar Rp 431,95 juta. Seluruh penjualan tersebut ditujukan ke pasar Singapura.

 

Di samping itu, Manajemen ITIC juga berupaya memperkuat penjualan tembakau iris di dalam negeri. Djonny menyebut, beberapa pasar baru di dalam negeri seperti Sumatera, Sulawesi Utara, dan Maluku berhasil dimaksimalkan ITIC di tahun ini. “Untuk perluasan pasar di dalam negeri berjalan dengan baik dan hasilnya cukup menggembirakan,” imbuh dia.

Jika merujuk laporan keuangan, penjualan ITIC di pasar domestik didominasi oleh Papua senilai Rp 71,48 miliar di semester I-2021. Kemudian diikuti oleh Sulawesi sebesar Rp 18,97 miliar, dan Nusa Tenggara sebesar Rp 15,66 miliar.

Lebih lanjut, Djonny mengonfirmasi bahwa di tahun ini pihaknya menyediakan dana pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) sekitar Rp 90—100 miliar yang berasal dari arus kas hasil usaha.

Mayoritas dana tersebut atau Rp 90 miliar dialokasikan untuk belanja daun tembakau. Sampai saat ini, ITIC sudah menyerap 70% dari total revenue expenditure di tahun 2021. “Sejauh ini tidak ada perubahan rencana pemakaian dana dan akan kami lanjutkan sampai akhir tahun 2021,” pungkas Djonny.

Selanjutnya: Indonesian Tobacco (ITIC) siapkan capex Rp 100 miliar tahun ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×