Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren kenaikan tarif angkutan kontainer diperkirakan masih akan berlanjut pada tahun 2022 mendatang. Setidaknya ada beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut.
Kepala Samudera Indonesia Research Initiative (SIRI) Ibrahim Kholilul Rohman menyampaikan, kondisi tarif angkutan (freight rate) sangat bergantung pada struktur pasar yang ada.
Asal tahu saja, pasar pelayaran global saat ini hanya dikuasai oleh beberapa pemain besar sehingga menimbulkan oligopoli. Artinya, hanya ada beberapa pemain saja yang bisa mempengaruhi kondisi pasar.
Biasanya, para operator yang tergabung dalam oligopoli ini cenderung berkolusi agar bisa menikmati dampak kenaikan freight rate. Terlebih lagi, tiap kali satu operator menaikkan freight rate, maka operator yang lain akan mengikuti kenaikan tarif tersebut.
Sejauh ini, ada 5 operator pelayaran besar global atau main line operator (MLO) seperti Maersk Line, Mediterranean Shipping Company, CMA CGM, COSCO, dan Hapag-Lloyd.
Baca Juga: Kenaikan tarif kontainer berpotensi lanjut di 2022 karena sistem ini
“Obat dari penyakit ini adalah kestabilan pada struktur pasarnya. Kalau pemainnya tidak mau menurunkan tarif, agak sulit diintervensi dalam bentuk apapun,” ungkap Ibrahim, Senin (13/12).
Untuk tahun 2021, Ibrahim yakin freight rate kontainer minimal akan sama dengan kondisi tarif di tahun 2021. Freight rate tersebut diperkirakan hanya dapat naik, bukan sebaliknya.
Penurunan freight rate baru bisa terjadi ketika pemulihan pandemi Covid-19 berjalan sangat cepat sehingga aktivitas kargonya kembali normal.
Para operator pun baru bisa menurunkan freight rate ketika kuantitas kargo yang tersedia dan bisa diangkut naik berkali-kali lipat. Setidaknya, mereka masih bisa memperoleh pendapatan yang sama seperti saat tren kenaikan tarif kontainer terjadi.
“Kalau kuantitas kargonya belum naik, tarif belum akan turun. Analisis kami, freight rate dapat tumbuh secara moderat sekitar 30%-50% di tahun depan,” terang Ibrahim.
Dengan kondisi tarif kontainer sekarang, tentu pihak yang paling diuntungkan adalah main line operator. Perusahaan pelayaran regional juga merasakan imbas kenaikan freight rate tersebut.
Baca Juga: Garuda Indonesia (GIAA) bisa masuk ke Holding BUMN Pariwisata pada 2023 mendatang
Menurut Ibrahim, masih diperlukan upaya yang lebih terukur dan terstruktur agar masalah kenaikan tarif kontainer ini dapat diatasi. Intervensi pemerintah pun dinilai belum menyentuh pada aspek kelangkaan kontainer dan kenaikan freight rate.
Pemerintah juga dinilai patut menyadari pentingnya kestabilan rantai pasok pada industri yang terkait pengangkutan logistik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News