Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Institute for Essential Services Reform (IESR) menilai target penambahan pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) hingga 2025 bakal sulit tercapai.
Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa mengungkapkan, kebutuhan 10,9 GW kapasitas pembangkit EBT baru sulit tercapai dengan pelaksanaan skema bisnis saat ini.
Fabby menjelaskan, saat ini proses lelang proyek EBT belum berjalan optimal.
"Baru satu kali lelang dilakukan, belum ada lelang lain oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN)," kata Fabby kepada Kontan, Minggu (27/11).
Baca Juga: Dorong Pemanfaatan EBT, Kementerian ESDM Bakal Dorong Proyek Super Grid
Fabby menjelaskan, dengan target mengejar bauran EBT 23% pada 2025 mendatang maka lelang proyek seharusnya segera dilakukan.
Menurutnya, masih banyak proses yang harus dilalui sebelum proyek dapat memasuki fase konstruksi. Untuk itu, jika lelang tidak dimulai maka akan sulit untuk mencapai target penambahan kapasitas pembangkit EBT.
"Saya gak tahu kendalanya apa, tapi untuk bisa mencapai target maka proyek-proyek harus mulai dilelang," tegas Fabby.
Baca Juga: Menteri ESDM Dorong Penyediaan Energi Hijau untuk industri
Merujuk pada Rencana Umum Penyediaan Energi Listrik (RUPTL) 2021-2030, tambahan pembangkit untuk tahun 2021 ditargetkan sebesar 752 MW, kemudian bertambah sebesar 648 MW pada 2022.
Kapasitas akan bertambah signifikan pada 2023 mencapai 2.028 MW, selanjutnya bertambah sebesar 1.670 MW pada 2024 dan sebesar 5.544 MW pada 2025 mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News