Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten distributor Coca Cola, PT Graha Prima Mentari Tbk (GRPM) menyatakan pihaknya tidak khawatir menghadapi persaingan dengan masuknya Pepsico Indonesia.
Agus Susanto Direktur Utama GRPM mengatakan setiap kompetisi dalam bisnis tidak terelakan. Namun semua bergantung pada bagaimana bersikap dan bereaksi atas persaingan tersebut.
"Kami tentu melihat persaingan, kompetisi, kompetitor baik lama dan baru adalah hal yang wajar, dan tidak terelakan. Bagaimana kita bereaksi dan berubah sesuai kondisi market, ini yang utama. Bersikap 'agile'," ujarnya kepada Kontan, Rabu (30/8).
Baca Juga: Kembali ke Indonesia, PepsiCo investasi Langsung Tanpa Perantara
Sebagai informasi, Pepsico Indonesia resmi membangun pabriknya di Indonesia pada awal 2025 mendatang. Sebelumnya, perusahaan asal Amerika Serikat tersebut hengkang pada 2021.
Agus melanjutkan, pihaknya sebagai distributor Coca Cola harus berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan pasar, dengan memberikan pelayanan terbaik, pengantaran tepat waktu, selalu memberikan solusi terbaik kepada retailer dan memberikan fasilitas untuk meningkatkan penjualan retailer misalnya melalui TOP term of payment.
Mengenai kinerja Perseroan, GRPM menjabarkan tahun ini membidik angka penjualan Rp 375 miliar alias tumbuh Rp 50 miliar dibandingkan tahun 2022 dari Rp 325 miliar.
"Tahun ini, kami bidik penjualan di angka Rp375 miliar alias tumbuh 15,3% yoy dibandingkan tahun lalu," sambungnya.
Di sisi lain, Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) menargetkan pertumbuhan sektor industri makanan dan minuman (mamin) bisa mencapai 6% sampai akhir tahun nanti. Meski begitu, angka pertumbuhannya memang belum bisa menyamai kondisi sebelum pandemi.
Ketua Umum Gapmmi Adhi Lukman menuturkan, prospek industri mamin di tahun ini sangat menjanjikan. Sebab, selama pandemi Covid-19 saja sektor industri mamin memang tidak pernah terkontraksi.
Baca Juga: PepsiCo Indonesia Resmikan Peletakan Batu Pertama Manufaktur Senilai USD 200 juta
“Meskipun belum setinggi sebelum pandemic yang selalu tumbuh sekitar 7%-10%,” ujarnya sebagaimana dikutip dari artikel Kontan terdahulu.
Merujuk data internal Gapmmi, dilihat dari dilihat dari kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) Industri pengolahan Non-Migas, industri mamin berkontribusi sebesar 38,61% per kuartal I 2023.
Adhi melihat prospek industri mamin di semester II 2023 ini akan semakin baik. Salah satu faktor pendorongnya adalah sudah terlewatinya msa tahun ajaran baru. Sehingga belanja konsumen terhadap sektor mamin diperkirakan bisa meningkat dari semester sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News