kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tangani pandemi, Thailand berencana ajukan pinjaman hingga US$ 22,3 miliar


Kamis, 20 Mei 2021 / 04:15 WIB
Tangani pandemi, Thailand berencana ajukan pinjaman hingga US$ 22,3 miliar

Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - BANGKOK. Thailand berencana untuk melakukan pinjaman sebesar  700 miliar baht atau setara dengan US$ 22,3 miliar. Pinjaman tersebut rencananya untuk mendanai langkah-langkah melawan gelombang terburuk wabah Covid-19 yang melanda negara dengan ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara itu.

Mengutip dari Bloomberg, Rapat kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri Prayuth Chan-Ocha pada hari Selasa menyetujui rencana pinjaman baru dari kementerian keuangan. Pinjaman baru itu rencananya diselesaikan sebelum 30 September tahun depan.

Pemerintah mengusulkan untuk menghabiskan 400 miliar baht dari pinjaman baru untuk membantu berbagai lapisan masyarakat yang terkena dampak wabah baru. Sementara 270 miliar baht akan digunakan untuk menghidupkan kembali ekonomi dan sekitar 30 miliar baht akan disisihkan untuk membiayai pasokan medis dan vaksin guna mengatasi wabah terbaru.

Baca Juga: Pengusaha sektor properti di AS terbebani harga kayu yang melonjak

Dengan adanya pinjaman baru tersebut, Rasio utang publik terhadap produk domestik bruto Thailand diperkirakan naik menjadi 58,6%, tetapi hal tersebut masih akan di bawah plafon utang negara 60%. Pemerintah dinilai perlu mengeluarkan undang-undang darurat yang perlu disahkan oleh raja sebelum kantor pengelolaan utang publik dapat mulai meningkatkan utang baru.

Standard Chartered Bank Plc mengharapkan komite kebijakan fiskal Thailand bisa menaikkan plafon utang menjadi 65% dari PDB pada akhir tahun ketika gambaran yang lebih jelas tentang situasi Covid domestik dan efektivitas langkah-langkah fiskal dalam jangka pendek dan menengah diharapkan untuk muncul. 

Thailand yang sejauh ini masih bergulat dengan gelombang kedua pandemi covid-19 memangkas prospek pertumbuhannya untuk tahun ini dengan alasan penundaan pembukaan kembali perbatasan untuk turis asing dan vaksinasi yang lambat. Dewan Pembangunan Ekonomi dan Sosial Nasional mengatakan ekonomi dapat berkembang antara 1,5% dan 2,5% tahun ini, kurang dari perkiraan 2,5% -3,5% pada Februari lalu

Defisit anggaran negara melonjak hampir 17% pada paruh pertama tahun fiskal yang dimulai pada bulan Oktober karena penurunan pendapatan dan mendorong pemerintah untuk melakukan pinjaman hampir tiga kali lipat untuk memenuhi kekurangan tersebut. 

Baca Juga: Soroti kasus HAM Uighur, ketua DPR AS ajak dunia boikot Olimpiade Beijing 2022

Kabinet bulan ini juga sudah memberikan persetujuan untuk paket bantuan US$ 7,2 miliar yang mencakup bantuan keuangan jangka pendek bagi mereka yang terkena virus, serta langkah-langkah untuk merangsang konsumsi setelah infeksi mereda.

Thailand sendiri telah memberlakukan pembatasan pada bisnis dan perjalanan untuk menahan kebangkitan dalam pandemi yang membuat beban kasus negara itu hampir empat kali lipat sejak awal April. Negara ini telah memvaksinasi hanya sekitar 2% dari populasinya, mengikuti kecepatan negara-negara seperti Indonesia, Malaysia dan Singapura.

Selanjutnya: Lama tak terlihat, kapal perang AS kembali melintasi Selat Taiwan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×