Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Champion Pacific Indonesia Tbk (IGAR) mengincar kinerja bisnis yang lebih baik pada tahun 2022. Meski ada tantangan kenaikan harga bahan baku, perusahaan ini berupaya terus mengoptimalkan penjualan kemasan baik di segmen farmasi maupun non farmasi.
Direktur Utama Champion Pacific Indonesia Antonius Muhartoyo mengatakan, sejak awal pandemi Covid-19, IGAR diuntungkan karena permintaan kemasan di sektor industri farmasi meningkat tajam.
Perusahaan-perusahaan farmasi umumnya tidak memproduksi kemasan secara mandiri karena butuh modal besar, sehingga mereka memesan produk kemasan dari produsennya langsung, termasuk IGAR.
Memasuki tahun 2022, permintaan kemasan dari sektor farmasi tampak masih menjanjikan. Di samping itu, mulai pulihnya kondisi ekonomi nasional membuat IGAR berkesempatan meningkatkan penjualan ke sektor non farmasi. Misalnya, sektor konstruksi, konsumer, dan pertanian.
Baca Juga: Champion Pacific Indonesia (IGAR) Catat Kinerja Positif Sepanjang 2021
“Sektor pertanian banyak membutuhkan kemasan untuk benih,” imbuh dia dalam paparan publik, Selasa (14/6).
Hanya saja, hal tersebut tidaklah mudah. Harus diakui bahwa adanya konflik geopolitik Rusia-Ukraina dan ketidakpastian ekonomi di negara-negara lain berpengaruh pada ketersediaan bahan baku produk kemasan. Lantas, hampir seluruh bahan baku kemasan mengalami kenaikan akibat suplainya yang terbatas.
“Kenaikan tajam harga bahan baku tidak sebanding dengan kenaikan harga jual produk yang dijual, meskipun secara umum bisnis kami masih cukup baik,” ungkap Antonius.
Sebagai informasi, IGAR meraih kenaikan pendapatan dari kontrak dengan pelanggan sebesar 24,43% (yoy) menjadi Rp 256,23 miliar pada kuartal I-2022. Dari jumlah tersebut, pendapatan IGAR dari penjualan kemasan industri farmasi tercatat sebesar Rp 225,12 miliar, kemudian sisanya sebesar Rp 31,10 miliar berasal dari penjualan kemasan non farmasi.
Akan tetapi, di periode yang sama, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk IGAR berkurang 5,53% (yoy) menjadi Rp 26,02 miliar. Masih di kuartal pertama tahun ini, beban pokok penjualan IGAR melesat 30,82% (yoy) menjadi Rp 213,08 miliar.
Terlepas dari itu, Manajemen IGAR masih optimistis terhadap prospek kinerjanya di sisa tahun 2022. Oleh karena itu, perusahaan tersebut mengincar pertumbuhan kinerja pendapatan sebesar 7,93% di tahun ini.
Antonius menyebut, pihaknya akan terus meningkatkan kemampuan produksi pabrik kemasan IGAR demi memenuhi permintaan dari sektor farmasi dan non farmasi. Di samping itu, upaya efisiensi juga terus dilakukan secara konsisten demi meminimalisasi dampak kenaikan harga bahan baku kemasan.
“Utilisasi pabrik kami sekarang ada di kisaran 90% dan ini masih bisa ditingkatkan kembali,” ujar dia.
Untuk mendukung produktivitas, Manajemen IGAR akan menggelontorkan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 60 miliar di tahun ini untuk menambah mesin-mesin baru. Dana tersebut berasal dari kas internal perusahaan.
Sekadar catatan, IGAR memiliki dua anak usaha, yaitu PT Avesta Continental Pack dan PT Indogravure. Avesta Continental Pack merupakan produsen utama dan spesialis untuk bahan kemasan fleksibel yang memiliki lebih dari 225 pelanggan.
Adapun Indogravure merupakan produsen kemasan fleksibel untuk berbagai segmen seperti farmasi, agroindustri, makanan, kosmetik, dan lain-lain. Perusahaan ini memiliki lebih dari 150 pelanggan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News