kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tahun 2023, pemerintah targetkan swasembada gula konsumsi


Rabu, 25 November 2020 / 08:30 WIB
Tahun 2023, pemerintah targetkan swasembada gula konsumsi

Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan swasembada gula atau kebutuhan gula konsumsi akan bisa dipenuhi dari dalam negeri pada tahun 2023 mendatang.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, hingga saat ini Indonesia masih mengalami defisit gula konsumsi sekitar 600.000 ton, mengingat produksi gula konsumsi dalam negeri baru sekitar 2,1 juta ton, sementara kebutuhannya mencapai 2,8 juta ton.

Kata Syahrul, pihaknya akan berkonsentrasi memenuhi kebutuhan gula konsumsi secara bertahap, sehingga pemenuhan kebutuhan gula konsumsi bisa segera dilakukan.

"Intinya saya akan konsentrasi untuk mengakselerasi kesiapan gula konsumsi kita. Kalau gula konsumsi terpenuhi dalam waktu yang amat singkat, maka tentu saja kita berharap kita bisa mengejar gula industri yang selama ini importasinya sangat besar," kata Syahrul dalam National Sugar Summit 2020, Selasa (24/11).

Menurut Syahrul, ada dua konsep yang dilakukan untuk mengejar swasembada gula ini. Pertama, melalui langkah intensifikasi. Kedua, melalui ekstensifikasi.

Baca Juga: Petani tebu khawatirkan potensi banjir impor gula, ini sebabnya

Strategi peningkatan produksi gula ini pun dijelaskan lebih lanjut oleh Dirjen Perkebunan Kementan Kasdi Subagyono. Menurutnya, berbagai strategi untuk mengejar swasembada gula akan dilakukan sejak 2020-2023. Dengan strategi tersebut diharapkan akan ada peningkatan produksi gula sebesar 676.000 ton.

Strategi pertama atau intensifikasi akan dilakukan di lahan seluas 200.000 ha. Menurut Kasdi, intensifikasi ini akan dilakukan di pulau Jawa. Sementara, ekstensifikasi akan dilakukan di luar Jawa dengan lahan seluas 50.000 ha.

Untuk upaya ekstensifikasi, Kasdi mengatakan, pihaknya akan menggunakan varietas-varietas yang produktivitasnya jauh lebih tinggi dari saat ini. Menurutnya, produktivitas tebu tersebut setidaknya mencapai 85 ton per ha, dengan rendemen sekitar 8,3%.

"Ini akan menghasilkan sekitar 360.000 ton gula kristal putih (GKP) dari ekstensifikasi ini," kata Kasdi.

Menurut Kasi, sebagai tahap awal Kementan akan memilih pabrik gula dengan kinerja bagus, tetapi untuk tahap berikutnya pihaknya akan fokus pada pembangunan pabrik gula baru.

Sementara, untuk strategi intensifikasi pun dilakukan melalui dua strategi yakni bongkar ratoon dan rawat ratoon. Dimana bongkar ratoon dilakukan di lahan seluas 75.000 ha, sementara rawat ratoon dilakukan untuk lahan seluas 125.000 ha.

Dengan upaya bongkar ratoon ditargetkan produktivitas tebu meningkat sekitar 15 ton per ha dan rendemen meningkat 0,85% sehingga produksi akan mencapai 138.000 ton GKP. Sementara, dengan rawat ratoon ditargetkan ada peningkatan produktivitas tebu sebesar 15 ton per ha dan rendemennya meningkat 0,55%, sehingga produksi GKP mencapai 178.125 ton.

"Kalau ini kita desain seperti produktivitas yang sudah kita targetkan, maka kita akan mendapatkan 676.000 maknanya kita bisa swasembada hingga 2023 khusus untuk gula konsumsi," kata Kasdi.

Sampai saat ini, pemenuhan kebutuhan gula untuk industri masih melalui impor. Berdasarkan data Kementan, total kebutuhan gula konsumsi dan industri sebesar 5,8 juta ton, dengan produksi 2,18 juta ton, maka masih terdapat defisit gula sebesar 3,62 juta ton.

Selanjutnya: Kemendag: Konsumen Indonesia beli gula lebih mahal dibandingkan konsumen global

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×