Reporter: Ferry Saputra | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom memprediksi neraca perdagangan pada Januari 2023 masih akan surplus, tetapi tidak sebesar Desember 2022 yang mencapai US$ 3,89 miliar. Penurunan harga sejumlah komoditas menjadi penyebab utama.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet memperkirakan neraca perdagangan Januari 2023 masih berada di kisaran US$ 1,1 miliar hingga US$ 1,5 miliar.
Yusuf menerangkan sisi ekspor dan impor akan mengalami kontraksi pertumbuhan yang mana akan memengaruhi surplus Januari 2023. Dia menyebut pihaknya memperkirakan ekspor berpotensi mengalami kontraksi pertumbuhan hingga kisaran 20% secara bulanan.
Baca Juga: Ekonom Ramal Neraca Perdagangan Januari 2023 Surplus US$ 2,99 Miliar
"Hal itu disebabkan menurunnya harga komoditas tertentu pada Januari 2023," ucap dia kepada KONTAN.CO.ID, Senin (13/2).
Salah satunya harga batu bara yang secara bulanan mengalami penurunan pada Januari 2023 di kisaran US$ 206 per ton, jika dibandingkan dengan posisi pada Desember 2023 sekitar US$ 405 per ton.
Sementara itu, Yusuf menerangkan beberapa komoditas lain, seperti palm oil, mengalami kenaikan yang relatif marginal di kisaran 0,2%. Adapun rata-rata harga minyak dunia juga mengalami kenaikan hingga di kisaran 3%.
"Secara keseluruhan nilai ekspor pada Januari 2023 diperkirakan berada di kisaran US$ 1,9 miliar," kata dia.
Baca Juga: Surplus Neraca Perdagangan Januari 2023 Diprediksi Menyusut, Berikut Faktor Pemicunya
Selain itu, Yusuf berpendapat nilai impor pada Januari 2023 akan ada penyesuaian secara historis. Dia menyebut akan ada penurunan pertumbuhan setiap Januari, jika dibandingkan dengan Desember.
Oleh karena itu, Yusuf menyimpulkan pertumbuhan impor akan sama dengan ekspor, yaitu mengalami kontraksi pertumbuhan. Adapun kisaran kontraksi pertumbuhan impor akan berada di angka 10% secara bulanan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News